Rehabilitasi Penglihatan.
Gangguan mata memiliki implikasi ke depannya. Populasi kebutaan terbanyak terdapat di
Asia Tenggara, kemudian di daerah Western Pacific, dan yang ketiga
terbesar ialah di Afrika. Penyebab kebutaan
terbanyak ialah katarak dan yang kedua ialah penyebab kelainan mata yang lain,
sementara yang ketiga ialah glaukoma.
Dalam rehabilitasi, ada 4 unsur yang saling berhubungan dan mempengaruhi
kehidupan hal ini disebut juga performance
model yaitu keadaan kardiorespirasi dan sensorimotor (aktivitas sehari-hari
seperti makan, minum, bergerak), kognitif (bekerja dan belajar), dan
psikososial (bermain, hubungan interpersonal).
Oleh karena itu,
aspek sensorimotor (penginderaan) sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari.
Kontribusi penginderaan dalam kehidupan adalah
orientasi dan mobilitas, aksesibilitas,
dan komunikasi serta korespondensi. Masalah utama
pada gangguan penglihatan dan pendengaran terutama ialah gangguan komunikasi. Selain komunikasi aktivitas juga menjadi terhambar. Hal ini seperti yang tergambar dalam kehidupan sehari-hari, orang buta, selalu menggerak-gerakkan
kepala dan tangannya untuk mencari sumber bunyi akibat kehilangan fungsi
penglihatan. Selain itu, biasanya orang buta selalu menggunakan tongkat yang
cukup panjang terutama untuk mengatasi gangguan koordinasi dan keseimbangan
bilateral terkait hilangnya fungsi penglihatan.
Sementara
pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan, kebutaan dapat menghambat proses tumbang anak. Anak yang
mempunyai fungsi penglihatan normal dapat berjalan pada umur 12
bulan, sementara pada anak yang buta baru bisa berjalan pada usia
sekitar 20
bulan. Selain itu pada kebutaan juga terjadi penurunan kualitas
kognitif,
hubungan intrapersonal, dan mobilitas serta orientasi.
Oleh karena itu, dalam rehabilitasinya digunakan konsep sensory training yaitu bagaimana
mengintegrasikan semua sensori-sensori yang masih ada pada seseorang.
Latihan-latihan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan secara maksimal dengan fungsi
yang minimal. Misalkan fungsi tangan pada pasien stroke hanya tinggal 75%, bagaimana memaksimalkan kemampuan fungsi
yang 75% itu. Hal ini bisa tercapai karena adanya neuroplastisitas. Model sensory training ini harus disesuaikan
dengan prinsip pengobatan sensory
integration dan neuro developmental
therapy. Jadi, semua unsur-unsur yang sangat berhubungan dengan sistem
saraf pusat harus diaktifkan melalui latihan stimulasi yang dilakukan
terus-menerus.
Sensory training terdiri dari berbagai
macam langkah seperti latihan menggunakan dan menajamkan sensori lain yang
masih berfungsi (auditory perceptual,
visual perceptual, dan kinestetik),
meningkatkan sensitivitas rangsang taktil, memaksimalkan stimulasi vestibular
dan proprioseptif. Perlu juga dilakukan pengembangan konsep (spasial dan
struktur bangunan) dan kemampuan motorik.
Sementara itu dalam rehabilitasi untuk aspek komunikasi serta korespondensi
digunakan sistem Braille. Yaitu membaca
tulisan dengan meraba-raba pada sebuah kertas Braille yang terdiri dari titik-titik yang menonjol dimana
titik-titik ini dikonfigurasikan sedemikian rupa untuk membentuk masing-masing
karakter dalam tulisan
0 komentar:
Post a Comment