Flu Burung H5N1
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus influenza H5N1 yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang
manusia. Nama lain dari penyakit ini antara lain avian influenza
Virus flu burung (H5N1) dapat menyebar
dengan cepat di antara
populasi unggas dengan kematian yang tinggi. Bahkan dapat menyebar
antarpeternakan dari suatu daerah ke daerah lain. Penyakit ini juga
teridentifikasi bersifat zoonosis, yaitu menular dari hewan ternak ke manusia.
Penyakit flu burung dapat ditularkan
dari unggas ke unggas lain
atau dari peternakan ke peternakan lainnya dengan cara sebagai berikut:
1. Kontak
langsung dari unggas terinfeksi dengan hewan yang peka.
2. Melalui
lendir yang berasal dari hidung dan mata.
3. Melalui
kotoran (feses) unggas yang terserang flu burung.
4. Lewat
manusia melalui sepatu dan pakaian yang terkontaminasi dengan
virus.
5. Melalui
pakan, air, dan peralatan kandang yang terkontaminasi.
6. Melalui
udara karena memiliki peran penting dalam penularan dalam satu kandang, tetapi memiliki peran terbatas
dalam penularan
antarkandang.
7. Melalui
unggas air yang dapat berperan sebagai sumber\(reservoir) virus dari dalam saluran
intestinal dan dilepaskan lewat
kotoran.
Faktor yang dapat membatasi penularan
flu burung dari ternak
ke manusia adalah jarak dan intensitas dalam aktivitas yang berinteraksi dengan
kegiatan peternakan. Semakin dekat jarak peternakan yang terkena
wabah virus dengan lingkungan manusia maka peluang untuk menularnya virus bisa
semakin besar. Penularan virus
ke manusia lebih mudah terjadi jika orang tersebut melakukan kontak langsung dengan
aktivitas ternak. Virus
flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Virus ini kemudian
dikeluarkan bersama kotoran, dan infeksi akan terjadi bila orang mendekatinya.
Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran
pernapasan.
Perlu
diperhatikan pula cara pengolahan dan pemasakan daging unggas. Daging
yang dimasak harus dipastikan benar –benar matang untuk
menghindari adanya sisa kehidupan dari virus. Kematian virus dapat
terjadi jika dipanaskan dengan suhu 60C selama 3 jam. Semakin
meningkat suhu akan semakin cepat mematikan
virus. Telur
yang cangkangnya terdapat kotoran kering perlu diwaspadai. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi kotoran yang menempel
pada telur tadi berasal dari kotoran unggas yang terjangkit flu burung. Jika
memperoleh telur seperti ini maka sebaiknya segera mencuci tangan dengan
alkohol setelah memegang telur. Sebaiknya menghindari makan telur
yang tidak matang atau setengah matang karena kemungkinan masih ada virus yang
terkandung di dalamnya.
Orang yang mempunyai risiko besar
terserang flu burung adalah
pekerja peternakan unggas, penjual, penjamah unggas, sampai ke dokter hewan
yang bertugas memeriksa kesehatan ternak di peternakan. Sampai
saat ini, peneliti meyakini bahwa flu burung ditularkan dari unggas ke manusia.
Kemungkinan penularan flu burung
antar-manusia Cecil, tetapi tetap perla diwaspadai. Hal ini dikarenakan virus cepat
bermutasi dan beradaptasi dengan manusia sehingga memungkinkan
adanya varian baru dari flu burung.
Walaupun demikian, sebuah kasus di Vietnam Utara memperlihatkan adanya
penularan virus tersebut dari anak kepada ibunya.
Menurut Dr. Feng Lil, pakar mikroba dari
Baylor College of Medicine AS, Negara yang terdapat korban manusia dalam kasus
flu burung merupakan negara yang memiliki kerusakan lingkungan yang sangat
parah serta masyarakatnya yang tidak peduli akan kebersihan dan kerusakan
lingkungan. Hal itu disebabkan karena dengan rusaknya lingkungan maka
keseimbangan ekologi akan teganggu sehingga jumlah mikroba yang tidak seimbang,
sedangkan di mana kondisi awalnya mereka dalam keadaan seimbang dan tidak
sampai menyerang manusia. Dan pada akhirnya mikroba tersebut mengalami
transformasi, dan mikroba transformatif itulah yang menyerang manusia.
Selain itu, minimnya suplai oksigen yang
menimbulkan dampak mikroba tumbuh subur dan perkembangannya tak terkendal,
karena oksigen yang apabila terkena sinar ultraviolet berubah menjadi ozon dan
O nascend merupakan pembunuh mikroba
yang paling efektif. Apabila oksigen berkurang, maka pembuh mikroba dan virus
pun berkurang sehingga muncul dampek tersebut.
Hasil
sebuah survey menunjukan bahwa flu burung banyak
menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Hampir separuh kasus flu burung
pada manusia menimpa anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh anak-anak belum
begitu kuat.
Virus flu burung adalah sebuah panzootic,
penyakit yang merupakan pandemi di antara hewan-hewan, dan terjadi
berulang-ulang dengan pandemik yang potensial. Sebuah virus baru akan
berpotensi menimbulkan pandemi jika: virus baru tersebut menyerang populasi
yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah, virus baru tersebut yang dapat
bereplikasi dalam tubuh manusia, virus baru tersebut yang dapat menular dari
satu manusia ka manusia lain. Pada saat ini, vrus flu burung telah memenuhi dua
syarat pertama tersebut. Jika ketiga syarat telah terpenuhi maka pandemi tidak
bisa dielakkan.
Pandemi flu burung terjaji bila
subtipe virus tersebut telah lahir dan bersiklus di antara manusia. Virus H5N1
cukup berpotensial dalam menimbulkan pandemi karena kemampuannya beradaptasi
dalam bentuk virus yang menular di antara sesama manusia. Pandemi akan mulai
terjadi jika virus tersebut dapat menyebar semudah virus infulenza lainnya paa
manusia. Hali ini akan menjadikan virus H5N1 bukan lagi sebagai flu burung
tetapi flu manusia. Bahayanya, karena virus ini cukup baru, sistem kekekalan
tun=buh manusia belum dapat menangkalnya. Kematian sejumlah besar umat manusia
pun dipreiksikan akan terjadi seperti halnya pada kasus Spanish Infuenza dan Asian
influenza.
Gejala flu burung yang terjadi
pada unggas adalah jengger berwana biru, terdapat borok di kaki, serta kematian
unggas yang mendadak. Gejala flu burung dapat dibedakan menjadi dua yaitu
gejala pada unggas dan gejala pada manusia. Gejala flu burung yang terjadi pada
unggas adalah jengger berwana biru, terdapat borok di kaki, serta kematian unggas
yang mendadak.
Gejala flu
burung pada dasarnya sama dengan flu biasa lainnya
hanya cenderung lebih sering dan cepat menjadi parah. Gejala
pertama pada manusia yang umum ditemukan adalah kenaikan suhu tubuh hingga sekitar 39°C. Gejala tersebut diikuti dengan keluarnya eksudat
hidung yang bersifat mukus (lendir) bening, batuk, dan sakit tenggorokan. Tidak
jarang penderitanya tidak nafsu makan, muntah, nyeri perut, dan diare. Gejala klinis lainnya ialah batuk, flu, dan demam yang tidak kunjung turun.
Gejala dari flu burung sangat tergantung dengan jenis
virus yang menyebabkan infeksi. Misalnya saja seperti yang
terjadi di vietnam pada tahun 2004. data dari
Vietnam di tahun 2004 menunjukkan gejala berbeda. Pasien tidak mengeluh sakit
tenggorokan atau pilek. Juga tak ada keluhan radang selaput mata. Separuh
pasien malah menderita diare dengan tinja yang cair.
Masa
inkubasi sejak mulai tertular hingga timbul gejala adalah sekitar tiga hari.
Masa infeksius pada manusia adalah mulai dari 1 hari sebelum gejala timbul
hingga 3-5 hari sesudah gejala timbul. Namun, pada anak-anak masa ini dapat
terjadi sampai 21 hari.
Sebuah tim
dokter internasional mengatakan bahwa gejala flu burung pada manusia lebih luas
dan lebih beragam ketimbang yang diperkirakan semula. Virus flu burung dapat
menyebabkan encephalitis
(membengkaknya otak), diare,
dan gejala-gejala lain yang tidak seperti penyakit pernapasan klasik.
Berikut
merupakan daftar gambaran klinis dari seorang pasien penderita flu burung:
1.
Demam (suhu badan di atas 38
derajat Celsius)
2.
Batuk-batuk dan tenggorokan
terasa kering/nyeri.
3.
Nyeri otot
4.
Severe respiratory distress yang
ditandai dengan sesak napas
5.
Radang saluran pernapasan atas
atau radang paru-paru (pneumonia)
6.
Infeksi selaput mata (conjunctivitis)
7.
Pusing
8.
Mual dan nyeri perut
9.
Muntah
10. Diare
11. Keluar
lendir dari hidung
12. Tidak ada
nafsu makan
Pengobatan
Pengobatan
pasien flu burung lebih berifat simtomatik yakni pengobatan yang fokus pada
gejala yang ada. Selain itu, pasien juga perlu mendapat pengobatan suportif,
makanan bergizi, dan istirahat cukup. Daya tubuh pasien harus ditingkatkan.
Secara umum,
terdapat empat cara pengobatan pada penderita flu burung. Pertama, Oksigenasi
bila terdapat sesak napas. Kedua, Hidrasi
dengan pemberian cairan parenteral (infus).
Ketiga, pemberian obat anti virus oseltamivir. Terakhir ialah pemberia Amantadin
yang diberikan pada awal
infeksi
Ada dua
jenis antivirus yang tersedia, yakni:
· kelompok M2 inhibitors yaitu
amantadine dan rimantadine. Kedua antivirus ini biasanya diberikan pada awal
penyakit, 48 jam pertama selama 3 – 5 hari dengan dosis 5 mg/kg bb/hari dibagi
dua dosis. Namun, pada kasus di Vietnam tahun 2004 kedua antivirus ini pernah
dilaporkan sudah tidak mempan lagi.
· kelompok dari neuraminidase
inhibitors (Tamiflu®) yaitu oseltamivir dan zanimivir. Oseltamivir
diberikan 75 mg, 1 kali sehari selama 1 minggu. WHO menyatakan bahwa
oseltamivir masih sensitif terhadap virus yang ada.8
Adapun beberapa obat yang
sedang diteliti antara lain:
·
Pegylated Interferon Gamma
·
Long-actig NA inhibitors (LANI)
o
R-118958 (topical), Flunet® (topical)
·
Conjugated sialidase
o
Fludase™ (topical)
·
HA inhibitors-cyanovirin-N
·
Polymerase inhibitors
o
siRNA; ribavirin (aerosol/iv/po)
·
Protease inhibitors
o
Aprotinin
Pencegahan
Tindakan pencegahan yang berhubungan pada:
A. Unggas
Prinsip
dasar tindakan pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan flu burung, pada
unggas adalah dengan:
- Mencegah kontak antara unggas yang rentan dengan
virus H5N1.
- Menghilangkan virus H5N1 dengan desinfektan
- Meningkatkan kekebalan tubuh dengan vaksinasi
- Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
hidup sehat dan bersih serta peduli akan hadirnya virus flu burung di sekitar
kita
Tindakan
pelaksanaan yang dapat di lakukan adalah:
- Meningkatkan biosekuriti yaitu tindakan pengawasan
dan pengamanan yang ketat terhadap unggas piaraan dan ternak yang terinfeksi
flu burung
- Vaksinasi bagi unggas sehat dengan vaksin produksi
local dan impor yang telah teregistrasi oleh Departemen Pertanian.
- Depopulasi/ pemusnahan unggas atau hewan pembawa
virus H5N1 dalam radius 3 kilometer
- Pengendalian lalu lintas keluar masuk ternak
unggas dan produk unggas
- Pengawasan kasus flu burung
- Pengisian kandang kembali
- Pemusnahan menyeluruh bagi semua unggas di daerah
tertular baru
- Peningkatan kesadaran masyarakat
- Pemantauan dan evaluasi
B. Higiene Pribadi dan Lingkungan
Untuk
menjaga higiene diri sendiri dan lingkungan, yang dapat dilakukan :
- Tidak menyentuh unggas hidup atau kotorannya yang
mungkin mengandung virus flu burung H5N1
- Selalu mencuci tangan
- Mengelola dan mengolah unggas dengan cara yang benar,
caranya :
1. Memilih unggas yang sehat
2. Memasak daging ayam/burung/bebek dan telur sampai
benar-benar matang
3. Bila terdapat cairan kemerahan seperti darah yang
mengalir dari daging unggas yang di masak atau pada bagian tengah sumsum tulang
masih berwarna merah, hendaknya daging tersebut dimasak kembali sampai matang
4. Kuning dan putih telur yang dimasak harus
benar-benar matang
5. Apabila membeli ayam hidup,
upayakan untuk tidak menyentuhnya
6. Bila membeli daging ayam/bebek,
cucilah terlebih dahulu dengan air mengalir sebelum disimpan di dalam lemari
es. Setelah itu cucilah tangan dengan sabun.
7. Telur ayam/bebek yang baru
dibeli dicuci dulu dengan air mengalir untuk membersihkannya dari kotoran yang
biasanya menempel pada kulit telur. Kemudian telur itu di keringkan dengan lap
bersih atau tisu, baru di simpan di dalam lemari es. Setelah selesai cucilah
tangan dengan sabun.
- Menjaga daya tahan tubuh dengan
hidup sehat, mengonsumsi makanan bergizi.dan seimbang,cukup istirahat, olahraga
teratur, serta menghindari stress dan rokok.
-Jangan mengonsumsi produk yang
mengandung telur mentah atau setengah matang.
- Menjaga hygiene perorangan dan lingkungan
Oseltamivir adalah sebuah obat antiviral, sebuah inhibitor neuraminidase yang digunakan
dalam penanganan influensa A dan B, dan banyak dikenal sebagai obat yang dianjurkan
untuk menangani flu burung. Oseltamivir dikembangkan oleh Gilead Sciences dan saat ini dijual oleh Roche dengan merek dagang Tamiflu®.
Di Indonesia,
pemerintah Indonesia
mempunyai hak istimewa untuk memroduksi Tamiflu, namun hanya untuk keperluan pemerintah,
bukan komersial. Kelompok dari neuraminidase inhibitors (Tamiflu®)
yaitu oseltamivir dan zanimivir. Oseltamivir diberikan 75 mg, 1 kali sehari
selama 1 minggu. WHO menyatakan bahwa oseltamivir masih sensitif terhadap virus
yang ada.
Dalam kedaan
normal, neuraminidase, suatu sialidase mefasilitasi, pelepasan degan membelah
reseptor pada permukaan sel. Pada kehadiran neuraminidase pelepasan terhambat
dan virus-virus baru yang sudah terbebaskan akan menggumpal menjadi satu. Obat ini memiliki kandungan Oseltamivir, suatu senyawa anti neurominidase. Senyawa ini mampu menghambat enzim
neurominidase virus sehingga akan mencegah masuknya materi genetik RNA virus ke
sel manusia.
Melihat cara
kerja senyawa ini, maka obat ini hanya efektif pada saat infeksi awal virus,
ketika individu yg terserang belum menunjukan gejala klinis. Pada umumnya
penderita berobat ke dokter ketika sudah terserang gejala klinis seperti demam
tinggi, batuk, sesak napas sebagai akibat virus telah berkembang biak dalam
tubuh.
Saat ini,
para ahli masih berupaya mencari obat dan vaksin terbaik dalam mengobati flu
burung. Hal ini dikarenakan adanya beberapa masalah dalam pengobatan flu burung
dengan Oseltamivir, yakni10:
·
Oseltamivir baru memiliki efek
maksimal bila diberikan pada 48 jam pertama sakit sementara banyak pasien yang
masuk rumah sakit sudah terlambat
·
Kasus di Vietnam dan Thailand
menuntukan angka survival Oseltamivir
hanya 24%
·
Oseltamivir perlu digabung obat
lain agar lebih efektif
·
Dosis yang kini dipakai
diperkirakan masih kurang
·
Efek samping yang ditimbulkan
cukup banyak, seperti halusinasi, confusion,
suicide, seizure, insomia, vertigo, diare, dan dizziness.
·
Beberapa virus telah resisten
terhadap Oseltamivir
0 komentar:
Post a Comment