kELAINAN TROMBOSIT KUALITATIF ,(QUALITATIVE PLATELET DISORDER)
Terjadinya gangguan fungsi trombosit dicurigai pada pasien dengan
perdarahan kulit dan mukosa dan pada pasien dengan masa perdarahan
memanjang walaupun jumlah trombositnya normal. Kelainan tersebut dapat
bersifat herediter atau didapat.1
A. Glanzmann’s Thrombasthenia
Glanzmann thrombasthenia adalah kelainan platelet yang bersifat
herediter atau genetik. Kelainan ini diturunkan secara autosomal
resesif. Pada kelainan ini terdapat defisiensi atau disfungsi pada
kompleks glikoprotein IIb/IIIa (GP IIb/IIIa) dari platelet. Gen-gen
yang terkait dengan kelainan ini terletak pada kromosom 17. Defek pada
kompleks GP IIb/IIIa berakibat pada gangguan aggregasi platelet dan
memicu perdarahan berikutnya. Walaupun terdapat kelainan, secara
kuantitatif dan morfologi kondisi plalet biasanya normal.1-3
Ketika terjadi luka, reseptor GP IIb/IIIa berperan penting dalam proses
perlekatan platelet ke endotel. Saat kompleks GP IIb/IIIa teraktivasi,
dia akan mengikat fibrinogen pada ujungnya dan kompleks GP IIb/IIIa pada
platelet lain dapat mengikat fibrinogen yang sama pada ujung lainnya.
Platelet yang berdekatan membentuk cross-linked (GP
IIb/IIIa–fibrinogen–GP IIb/IIIa) dan membentuk platelet clot. Ketika
kompleks GP IIb/IIIa berfungsi secara abnormal atau kurang, platelet
akan gagal berikatan satu dengan yang lainnya sehingga clot tidak akan
terbentuk.3
Gejala:
Secara singkat gejala yang dialami dapat berupa :
1. Perdarahan hebat setelah luka di kulit (dentist, bedah, kecelakaan)
2. Perdarahan spontan pada sendi
3. Perdarahan spontan pada jaringan mukosa
4. Perdarahan lebih berat selama menstruasi
Lokasi dari perdarahan pada GT sering berupa purpura, epistaksis, perdarahan gusi,
Perdarahan gastrointestinal dan hematuria jarang ditemukan tapi
menunjukan komplikasi serius. Penting untuk dicatat bahwa deep visceral
hematomas, karakteristik dari hemofilia, biasanya tidak ditemukan. Pada
kebanyakan kasus gejala bermanifestasi secara cepat setelah lahir.
Perdarahan pada umumnya lebih berat terjadi pada anak-anak, pada seiring
dengan pertambahan usia, kecenderungan untuk perdarahan pada GT
menurun. Kelainan lain yang dapat terjadi bersamaan dan memperberat
kondisi adalah penyakit von Willebrand.2,3
Pendirian diagnosis dari GT dapat dilakukan dengan western blot.
Diagnosis banding dari GT antara lain Afibrinogenemia, Autoantibodi
terhadap GPIIa/IIIb, Bernard-Soulier Syndrome dan kelainan kualitatif
platelet seperti Gray Platelet Syndrome; Wiskott-Aldrich Syndrome;
Platelet-Type von Willebrand Disease; atau Platelet Storage Pool
Defects.4
Kebanyakan dari pasien GT menerima transfusi darah. Perdarahan lokal
dapat ditatalaksana dengan fibrin sealants atau lem fibrin. Epistaksis
dan perdarahan gingival dapat dikontrol dengan nasal packing atau
aplikasi dari or the application of busa gel yang direndam dalam topikal
trombin.4
Secara epidemiologi, Glanzmann thrombasthenia jarang ditemukan. Kelainan
ini lebih banyak pada populasi dengan konsanguitas. Laporan kasus
terbanyak berasal dari beberapa negara sperti Iran, Israel, dan Jordan,
dimana pernikahan antar saudara dekat diperbolehkan. Kelainan ini
sedikit lebih banyak terjadi pada perempuan. Meskipun sering terjadi
perdarahan berat pada pasien namun progonosis kelainan ini tidak buruk
sepanjang diberikan terapi supportif. 2
B. Bernard- Soulier disease
Bernard-Soulier Disease (BSD) adalah kelainan perdarahan kongenital yang
bersifat autosomal resesif. Pada tahun 1970 ditemukan keterlibatan
defek molekular pada hilangnya membran glikoprotein pada platelet.
Kelainan ini dikarakteristikan dengan perpanjangan waktu perdarahan
trombositopenia, platelet yang besar, dan ditandai dengan penurunan
agregasi platelet dengan ristocetin namun normal bila dengan agen
lainnya.5,6
Abnormalitas fungsi primer pada BSD berasal dari penurunan perlekatan
platelet dengan subendotelium sebagai hasil dari penurunan kemampuan
untuk mengikat faktor von Willebrand (VWF). Pada tahun 1976, terdapat
studi yang menunjukan bahwa terjadi defisiensi dari GP1b pada pasien
BSD. Studi selanjutnya menunjukan terjadi pula defisiensi pada GP IX
’2,’3 GP Ib, yang terdiri dari ( GPIb a ) dan (GPIbP) subunit, dan GP
IX yang terlibat dalam resptor vWF. Selain ittu ditemukan pula
defisiensi glikoprotein lain pada BSD pasien seperti GP V3,’2.13 yang
mungkin terlibat sebagai reseptor platelet Fc.5
Pada sumber lain dikatakan, patofisiologi dasar dari BSD adalah absensi
atau penurunan ekspresi dari kompleks glikoprotein Ib/IX/V pada
permukaan platelet. Kompleks ini terkait dengan reseptor von Willebrand
factor (vWF), dan sebagai hasilnya terjadi penurunan pengikatan dari
vWF terhadap membran platelet pada cedera vaskular, sehingga terjadi
defek pada perlekatan platelet. Penyebab dari trombositopenia belum
diketahui secara pasti, namun kemungkinan hal ini disebabkan oleh waktu
hidup platelet yang memendek.7 Pada sumber lain dikatakan besarnya
ukuran platelet dan trombositopenia mungkin terjadi karena ketiadaan
GPIb dan tempat perlekatan filamin A yang berhubungan dengan kompleks
GPIb-IX-V pada membran skeleton platelet.6
Gejala dari penyakit ini mirip dengan Glanzmann’s Thrombasthenia
(pendarahan mukosa, epistaksis) namun dengan temuan laboratorium yang
berbeda.7
C. Kelainan Fungsi Platelet Didapat
Kelainan dari fungsi platelet dapat disebabkan oleh agen farmakologik
yang diberikan pada ibu ataupun infant seperti aspirin (acetylsalicylic
acid) yang diminum oleh ibu hamil kemudian melewati plasenta dan dapat
dideteksi di sirkulasi darah fetal. Salisilat menyebabkan inhibisi yang
irreversibel pada enzim COX dan meningkatkan waktu perdarahan. Beberapa
studi telah melaporkan perdarahan neonatal (cephalohematoma,
gastrointestinal bleeding, dan melena) pada infant yang ibunya meminum
aspirin dalam 5 hari sebelum melahirkan, tetapi tidak terjadi perdarahan
pada infant ketika ibunya meminum aspirin lebih dari 6 hari sebelum
melahirkan. Agen antiplatelet jarang digunakan pada neonatus, tetapi
aspirin dapat direkomendasikan pada dosis yang sangat rendah dengan
tujuan terapi antitrombosis setelah kejadian cardiovaskular.8 Setelah
pengobatan dosis tunggal, defek dapat bertahan selama 7-10 hari.
Dipiridamol, abciximab, eptifibatide, dan tirofiban adalah contoh agen
lain yang dapat mengganggu fungsi trombosit.
Contoh agen lain yang dapat menyebabkan disfungsi platelet adalah
indomethacin. Indomethacin biasanya digunakan sebagai penatalaksanaan
pada PDA dan juga pada awal kehidupan neonatal sebagai agen profilaksis
untuk mencegah perdarahan intraventricular. Indomethacin juga mengganggu
fungsi cyclooxygenase, namun tidak membentuk kovalent. Oleh karena itu
efek antiplatelet berkurang ketika serum indomethacin menurun.
Nitric oxide (NO) adalah obat lain yang sering digunakan pada neonatus
yang berpotensi menurunkan fungsi platelet. Fungsi platelet pada dewasa
telah diketahui menurunan selama terapi NO yang mungkin disebabkan
karena peningkatan cGMP. Pada infan NO telah diketahui menghambat
aggregasi dari platelet dan menghambat perlekatan platelet ke endotel.8
Extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) biasa digunakan pada neonatus
untuk tatalaksana persistent pulmonary hypertension, meconium
aspiration, congenital diaphragmatic hernia, dan penyakit lain dimana
ventilasi konvensional tidak dapat mengatasinya. Pada suatu studi
prospektif abnormalitas fungsi platelet dan jumlah platelet ditemukan
pada pasien yang menerima ECMO. Dilaporkan 26% mengalami penurunan
jumlah platelet dan 50% mengalami penurunan aggregasi platelet. Fungsi
platelet dilaporkan normal setelah 8 jam pemberian ECMO dihentikan.8
Kondisi lain yang dapat menyebabkan disfungsi platelet antara lain
uremia, hiperbilirubinemia, fototerapi, dan atau gagal ginjal. Hal ini
tidak dimengerti secara baik, tapi mungkin disebabkan oleh produksi
berlebihan NO pada sel endotel dan atau abnormalitas dari
siklooksigenase.8 Contoh kondisi lainnya adalah hiperglobulinemia,
kelainan mieloproliferatif dan mielodisplastik.1
Platelet storage pool deficiencies adalah abnormalitas platelet yang
dapat menyebabkan perdarahan ringan sampai sedang. Platelet storage
pool deficiencies terdiri dari sejumlah kelainan yang dikarakteristikan
dengan reduksi dari jumlah dari jenis tipe-tipe platelet tertentu, yang
disebut granul padat dan alfa granul. Granul padat pada platelet sebagai
storage pool untuk adenosine triphosphate (ATP), adenosine diphosphate
(ADP), serotonin, calcium, dan pirophosphate, yang disekresikan ketika
platelet teraktivasi. Pengurangan pelepasan dari ADP berakibat pada
perpanjangan waktu perdarahan. Gejala dari kelainan ini antara lain
epistaksis, menstruasi berat atau lama, anemia rekuren dan lain-lain.8
Diagnosis Kelainan Fungsi Trombosit
Pada sebagian besar penderita datang dengan masa perdarahan yang
memanjang, defek ini bersifat didapat dan dikaitkan dengan penyakit
sistemik (misal uramia) atau dengan terapi aspirin. Defek fungsi
trombosit yang sangat jarang terjadi memerlukan uji in vitro yang lebih
rumit untuk mendefinisikan kelainan spesifik. Uji-uji tersebut meliputi
pemeriksaan agregasi trombosit dan pengukuran cadangan nukleotida.1
Rangkuman
Terjadinya gangguan fungsi trombosit dicurigai pada pasien dengan
perdarahan kulit dan mukosa dan pada pasien dengan masa perdarahan
memanjang walaupun jumlah trombositnya normal. Kelainan tersebut dapat
bersifat herediter atau didapat. Kelainan herediter contohnya pada
Glazzmann thrombastenia, dimana terjadi defek pada GP IIb/IIIa,
sedangkan pada Bernard Soulier Syndrome terjadi defek pada GP Ib. Pada
kelainan yang bersifat didapat dapat berasal dari obat-obatan seperti
aspirin, clopidogrel, indomethacin dan lain-lain. Kelainan ini juga
dapat diinduksi oleh kondisi-kondisi seperti kelainan mieloproliferatif,
uremia, hiperbilirubin dan lainnya.
Kesimpulan
Pada pemicu diketahui anak tersebut memiliki jumlah trombosit normal
(340.000/uL), namun proses pembekuan darah dari anak ini tidak normal
karena diketahui APTT anak tersebut memanjang. Sehubungan dengan dasar
teori mengenai kelainan kualitas trombosit, maka dapat dikatakan
penyakit-penyakit karena kelainan kualitas trombosit ini dapat dijadikan
diagnosis banding, karena pada pasien ini juga akan ditemukan gejala
perdarahan masif pada luka sedang, namun perbedaannya pasien dengan
kelainan kualitas trombosit akan mengalami prolonge bleeding bukan
delayed bleeding.
0 komentar:
Post a Comment