Nutrisi Perkembangan Anak


Pediatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari asuhan medik mulai dari bayi sampai dewasa. Berasal dari bahasa yunani yang berarti healer of children yang berarti dokter dari seorang anak. Konsep penting yang harus dipahami adalah anak bukanlah suatu miniatur dari remaja sebab anak masih dalam proses tumbuh dan berkembang. Hal ini berarti anak secara biologis dan fisiologis berbeda dengan orang dewasa.
Perkembangan seorang anak dimulai dari tahap sebagai berikut :


  • Neonatus (0-1 bulan),
  • Infancy (bayi),
  • Toddlerhood (batita),
  • usia prasekolah,
  • usia sekolah,
  • remaja (dini, menengah, akhir/17-20 tahun).
Konsep pertumbuhan berawal dari fertilisasi ovum hingga menjadi manusia. Pertumbuhan dan perkembangan memiliki arti yang berbeda. Pertumbuhan dapat diartikan pertambahan ukuran dengan parameter yang dapat diukur, hal ini seperti Berat Badan, Tinggi Badan, dan Lingkar Kepala. Perkembangan menunjukkan adanya maturasi dari fungsi dengan parameter motorik (motorik halus dan kasar), kognitif (kemampuan komunikasi reseptif dan ekspresif), psikososial (emosional, sosial, adaptif.

Penilaian fisik

Berat Badan
Secara kasat mata, nutrisi bisa dilihat dari adanya pertambahan berat. Cara pengukuran berat badan bayi dilakukan dengan bantuan Beam Scale. Ketelitian timbangan bayi harus mencapai 10 gram atau 0,5 ons karena pertambahan bayi terjadi tiap hari. Oleh karena itu, timbangan yang umum digunakan di kamar mandi tidak dapat digunakan karena skalanya yang besar atau kasar sehingga tidak dapat mengukur pertambahan bayi yang cukup kecil. Penimbangan dilakukan hingga 2-3 kali, kemudian dibuat dalam grafik untuk mengetahui pertumbuhan.

Tinggi Badan
Panjang bayi diukur dengan cara berbaring yang harus dilakukan dua orang. Orang pertama memegang kepala dan orang kedua memegang lutut agar tetap lurus. Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan dengan cara berdiri jika sudah berumur dua tahun.

Lingkar Kepala
Pengukuran dilakukan dari glabella ke oksipital (Dahi ke daerah paling menonjol di bagian oksipital). Kemudian angkat yang didapatkan diplotkan ke dalam kurva Nellhaus.

Pada tahap infancy, khususnya pada tahun pertama kehidupan, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat. Namun kecepatan ini berbeda dari tahun pertama ke tahun kedua. Begitu juga dengan perkembangannya, terutama pada kemampuan jarak penglihatannya. Pertumbuhan dna perkembangan saling memengaruhi, seperti halnya berat badan anak juga akan memengaruhi perkembangan anak tersebut karena untuk bisa duduk dan berlari, BB anak harus memenuhi ukuran minimalnya agar anak kuat untuk melakukan aktivitas tersebut.

Faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yaitu.
1. Faktor genetik anak mengikuti pertumbuhan orang tuanya (orang tua tinggi biasanya menghasilkan anak yang tinggi)
2. Faktor lingkungan (dapat diubah). Faktor ini seperti nutrisi, bahan kimia (penambah rasa), sakit, infeksi, sosial, emosional, dan budaya.

Peran nutrisi dalam perkembangan anak
Nutrisi digunakan untuk
Energy daily living (melakukan aktivitas sehari-hari).
Maintenance of health (mempertahankan kesehatan anak dengan menjaganya dari berbagai agen fisik dan agen biologis yang berpotensial menurunkan kesehatan) 
Nutrien dibedakan menjadi
1. Makronutrien.
Nutrien ini diukur dengan satuan gram terdiri dari komponen karbohidrat, lemak,dan protein.
2. Mikronutrien.
Nutrien ini lebih sedikit dibutuhkan, kebutuhannya cukup diukur dengan satuan miligram/mikrogram, contoh vitamin dan mineral
3. Air

Semua nutrien tersebut dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dan komposisi seimbang (balanced health diet). Nutrisi akan kita konsumsi sebagai suatu input, kemudian akan mengalami metabolisme dalam tubuh dan keluar sebagai suatu output berupa pertumbuhan dengan manifestasi pertambahan berat badan, peningkatan tinggi badan, dan pembesaran lingkar kepala serta perkembangan (psikomotor).

Jika inputnya baik naum outputnya tidak baik, maka dapat dicurigai terjadi kesalahan dalam metabolismenya atau pencernaannya.

Nutrisi juga memiliki safe limit/Required Dietary Allowances yang menunjukkan nilai kebutuhan yang diperlukan, hal ini untuk mencegah terjadinya kekurnagan nutrisi ataupun kelebihan nutrisi. Kebutuhan untuk anak dan remaja tergantung dari pola pertumbuhan dimana kebutuhan saat tahun pertama kehidupan tentu berbeda dnegan kebutuhan saat masa pubertas.

Konsekuensi akibat kekurangan atau kelebihan nutrisi disebut malnutrisi/nutrisi yang salah yang bisa berakibat sebagai berikut.
1. Overnutrition yang memicu obesitas sehingga timbul penyakit-penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, inflamasi, dll.
2. Undernutrition yang memicu osteoporosis, kognitif terganggu, muscular atrophy, gangguan reproduksi dan imunitas, dll.
3. Defisiensi nutrisi spesifik, seperti anemia defisiensi besi.

Malnutrisi bisa berakibat pada penyakit marasmus (kekurangan karbohidrat) dimana anak akan tampak sangat kurus dan hal ini sering kali terjadi. Selain itu, penyakit kwashiorkor (kekurangan protein, dimana anak tampak gemuk tetapi sebenarnya hanya berupa edema (bengkak karena penumpukan cairan protein) di tubuh dan penyakit ini terjadi tidak sebanyak marasmus.

Pengaruh severe undernutrition (kekurangan nutrisi berat) juga dapat mengakibatkan permasalahan pada perkembangan otak. Pada tiga tahun pertama terjadi perkembangan otak yang mencapai hampir 97% dan periode ini merupakan periode sensitif karena kemampuan konseptual mengalami perkembangan yang pesat selama kurun waktu ini. Pada anak usia dibawah 3 tahun, plastisitas otaknya masih sangat baik sehingga malnutrisi di usia dibawah tiga tahun masih dapat ditangani. Namun bila malnutrisi terjadi di atas tiga tahun, maka resiko untuk terjadi penurunan intelegesia menjadi lebih tinggi, karena plastisitas otaknya sudah menurun sehingga diperlukan dukungan nutrisi yang cukup.
Efek malnutrisi pada otak sebagai berikut:
1. Undernutrition. Hal ini menyebabkan kemampuan otak menurun karena terjadi atrofi (pengecilan) otak akibat girus otak menyusut.
2. Ovenutrition. Hal ini dapat menyebabkan depresi, sesak napas, sirosis hati.

Kekurangan nutrisi spesifik
· Defisiensi iodin
Iodin digunakan untuk pembentukan sinaps (hubungan antar saraf). Pada bayi yang baru lahir dengan keadaan kekurangan iodin akan mengalami penurunan IQ sebanyak 13,5 poin.
· Defisiensi besi
Besi digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan saraf di otak, seperti dendrit, neurotransmiter, dan mielinisasi. Kekurangan besi berakibat pada gangguan belajar (penurunan konsnetrasi) dan penurunan IQ sekitar 10-20 poin.

Menurut WHO, malnutrisi telah menyebabkan 53% kematian anak dibawah lima tahun akibat undernutrition. 2/3 masalah tersebut diakibatkan karena pemberian makanan yang tidak tepat pada usia balita.

Efek Jangka Panjang Malnutrisi
· Berat badan lahir rendah/malnutrisi ketika bayi baru lahir sehingga produktifitas dan kognitif menurun.
· Protein Energy Malnutrition (PEM). Kekurangan protein ini dibedakan menjadi sedang dan berat. Tingkat sedang akan memiliki postur tubuh pendek dan kurus namun tidak terlalu memprihatinkan sedangkan untuk kekurangan protein berat akan memiliki postur tubuh yang sangat kurus. Keduanya mengalami penurunan kognitif dan produktifitas.
Pada kenyataannya anak yang kekurangan protein sedang lebih buruk prognosisnya dibandingkan anak yang kekurangan protein berat sebab pada kekurangan protein tingkat sedang anak tersebut memiliki postur kurus yang tidak mencolok, sehingga banyak orang tua yang tidak menyadari kondisi anakny. Pada kekurangan protein berat terjadi kurus yang mencolok, maka orang tua cenderung untuk langsung memberikan penatalaksanaan sesegera mungkin.

0 komentar:

Post a Comment