Penyakit Menular Seksual Oleh Bakteri


Penyakit kelamin ditularkan terutama melalui hubungan seksual. Namun dapat juga ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat, handuk, termometer, dan sebagainya. Penyakit ini dapat menular ke janin dalam kandungan. Penyakit Menular seksual (PMS) memiliki beberapa sifat penularan, yaitu:
1. Penularan tidak selalu harus melalui hubungan kelamin
2. Penyakit dapat terjadi pada orang yang belum melakukan hubungan kelamin
3. Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan di luar kemampuan mereka, dalam arti mereka sudah sepenuhnya berusaha untuk tidak terjangkit tetapi masih saja terjangkit.


Treponema Pallidum merupakan
bakteri spirochaeta berbentuk spiral. Treponema pallidum pallidum merupakan bakteri yang bersifat motile dan umumnya menginfeksi melalui kontak seksual langsung,  melalui celah di antara sel epitel. Organisme ini juga dapat ditularkan kepada janin melalui jalur transplasental selama masa-masa akhir kehamilan. Organisme ini dapat masuk sampai ke sistem peredaran darah dan getah bening inang melalui jaringan dan membran mukosa.


PENYAKIT YANG DITIMBULKAN : SIFILIS
Sifilis atau penyakit Raja Singa adalah suatu infeksi seksual kronis yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua alat tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Sumber infeksinya adalah luka di kulit atau mukosa pada pasien sifilis stadium awal. Setelah masuk ke dalam tubuh, organisme dengan cepat menyebar ke tempat yang jauh melalui saluran limfe dan darah, bahkan sebelum munculnya lesi di tempat masuk awal. Penyakit sifilis memilki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan tersier. Tiap stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda dan menyerang organ tubuh yang berbeda-beda pula. 

Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisata (didapat). Sifilis kongenital dibagi menjadi: Dini (sebelum dua tahun), lanjut (sesudah dua tahun), dan stigmata. Sifilis akuisata dapat dibagi menurut dua cara, secara klinis dan secara epidemiologik. Menurut cara pertama sifillis dibagi menjadi tiga stadium: Sifilis primer (S I), sifillis sekunder (S II), dan sifilis tersier (S III). Secara epidemiologik menurut WHO dibagi menjadi:1
1. Stadium dini menular 
Terdiri atas SI, SII, stadium rekuren, dan stadium laten dini. 
2. Stadium lanjut tak menular
Terdiri atas stadium laten lanjut dan SIII

Stadium Dini (primer) 
Dua sampai enam minggu setelah awal infeksi muncul lesi primer yang disebut chancre. Lesi pada umumnya hanya satu. Lesi umumnya terdapat pada alat kelamin, dapat pula di bibir, lidah, tonsil, putting susu, jari dan anus. Lesi berupa penonjolan-penonjolan kecil yang erosif, berkuran 1-2 cm, berbentuk bulat, dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya tampak meradang, dan bila diraba ada pengerasan. Ulkus yang berasal dari papul tersebut memiliki ciri yang khas, yakni ulkus tersebut indolen dan teraba indurasi karena itu disebut ulkus durum. Kelainan ini tidak nyeri. Penyebaran sistemik organisme berlanjut pada masa ini, sementara tubuh mulai membentuk respon imun. Terbentuk dua jenis antibodi: antibodi nontreponema dan antibodi terhadap antigen treponema spesifik. 

Treponema menyebabkan hipertrofi dan proliferasi endotel diikuti oleh fibrosis intima dan menyempitnya lumen pembuluh. Hal ini menyebabkan iskemia lokal disertai kematian sel lokal dan fibrosis. Kelainan mikroskopik mendasar pada sifilis adalah endarteritis proliferatif disertai infiltrat peradangan yang banyak mengandung sel plasma. Pada pemeriksaan histologik memperlihatkan hilangnya epidermis disertai hiperplasia epidermis di perifer. Dermis dibawahnya mengandung infiltrat peradangan limfositik dan plasmaitik serta proliferasi vaskular.

Istilah syphilis d’emblee dipakai jika tidak terdapat afek primer. Kuman masuk ke jaringan yang lebih dalam, misalnya pada transfusi darah atau suntikan.Tanpa pengobatan, lesi dapat hilang spontan dalam 4-6 minggu untuk membentuk jaringan parut ringan. Cepat atau lambatnya bergantung pada besar kecilnya lesi. Uji serologik sering negatif pada tahap awal sifillis sehingga harus selalu dilengkapi dengan pemeriksaan mikroskop lapangan gelap atau uji antibodi fluoresen langsung jika sifilis primer dicurigai.

Sifilis Stadium III 
Sifillis tersier terjadi pada sekitar sepertiga pasien yang tidak diobati, biasanya masa laten 5 tahun. Kematian karena sifilis terutama disebabkan oleh stadium ini. Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah infeksi. Guma umumnya satu, dapat multipel, ukuran milier sampai berdiameter beberapa sentimeter. Guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ, termasuk tulang rawan pada hidung dan dasar mulut. Guma juga dapat ditemukan pada organ dalam seperti lambung, hati, limpa, paru-paru, testis dll. Kelainan lain berupa nodus di bawah kulit, kemerahan dan nyeri. 

Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis kardiovaskuler, neurosifilis (pada jaringan saraf) dan apa yang disebut sifilis tersier jinak. Uji antibodi nontreponema mungkin menjadi negatif selama fase tersier, meskipun uji antibodi antitreponema tetap positif. Diagnosis pasti sifilis ditegakkan apabila dapat ditemukan Treponema pallidum. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop lapangan gelap sampai 3 kali (selama 3 hari berturut-turut). 

Tes serologik untuk sifilis yang klasik umumnya masih negatif pada lesi primer, dan menjadi positif setelah 1-4 minggu. TSS (tes serologik sifilis) dibagi dua, yaitu treponemal dan non treponemal. Sebagai antigen pada TSS non spesifik digunakan ekstrak jaringan, misalnya VDRL, RPR, dan ikatan komplemen Wasserman/Kolmer. TSS nonspesifik akan menjadi negatif dalam 3-8 bulan setelah pengobatan berhasil sehingga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan pengobatan. Pada TSS spesifik, sebagai antigen digunakan treponema atau ekstraknya, misalnya Treponema pallidum hemagglutination assay (TPHA) dan TPI. Walaupun pengobatan diberikan pada stadium dini, TSS spesifik akan tetap positif, bahkan dapat seumur hidup sehingga lebih bermakna dalam membantu diagnosis. 

Pengobatan dilakukan dengan memberikan Antibiotika seperti Penisilin atau turunannya. Pemantauan serologik dilakukan pada bulan I, II, VI, dan XII tahun pertama dan setiap 6 bulan pada tahun kedua. Selain itu, kepada penderita perlu diberikan penjelasan yang jelas dan menyeluruh tentang penyakitnya dan kemungkinan penularan sehingga turut mencegah transmisi penyakit lebih lanjut. Bagi penderita yang tidak tahan dengan penisilin dapat diganti dengan tetrasiklin atau eritromisin, yang harus dimakan 15 hari. Sifilis yang telah menyebabkan penderita lumpuh dan gila biasanya tidak dapat diobati lagi.

Haemophillus ducreyi
Haemophilus ducreyi merupakan sejenis bakteri yang berbentuk batang kecil, tidak bergerak, termasuk golongan bakteri gram negative, dan bersifat parasit pada media yang mengandung darah. Haemophilus ducreyi merupakan bakteri penyebab penyakit “Chancroid” (soft chancre). Bakteri Haemophilus ducreyi ini disebut juga “Bacilus Ducrey”. Haemophilus ducreyi ini merupakan bakteri fakultatif anaerob, yang kadang-kadang memiliki kapsul tetapi juga terkadang tidak memiliki kapsul. Suhu optimum untuk tumbuhnya adalah 37ÂșC, untuk tumbuhnya memerlukan hemin (X faktor) atau nikotinamida-adenin difosfat (V faktor) atau kedua-duanya. Haemophilus ini menyusun dirinya berupa rantai pendek maupun panjang atau berpasangan secara parallel. Sifat bakteri ini hampir sama dengan Haemophilus influenza hanya ukurannya agak lebih besar.

PENYAKIT YANG DITIMBULKAN1,4
Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut, setempat dan disebabkan oleh strptobacillus ducrey (Haemophillus ducreyi) dengan gejala klinis yang khas berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi, dan sering disertai penanahan kelenjar getah bening regional. Limfadenitis tang terjadi pada infeksi H.ducreyi diikuti dengan respon inflamasi sehingga terjadi supurasi. Penyakit ini banyak terdapat pada dearah-daerah dengan tingkat sosio ekonomi rendah. Sampai saat ini penyakitnya masih timbul hanya di daerah tropika. 

Cara bakteri menginfeksi penyakit
Bakteri ini masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang lecet dan menimbulkan terjadinya ulcus pada alat kelamin yang pinggirnya tidak rata dan terasa sakit bila dipijit dan biasanya terdapat beberapa ulcus.

Penyebaran
Tempat infeksi yang umum pada pria adalah sulkus koronanius, meatus atau glans penis, sedangkan pada wanita adalah vulva, labia, uretra, paha, vagina atau serviks. Chancroid merupakan faktor risiko untuk penyebaran heteroseksual dan HIV. Ulkus kelamin menyebabkan wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV setelah hubungan heteroseksual dengan pria yang terinfeksi dan sebaliknya adanya ulkus pada wanita dengan infeksi HIV jauh lebih meningkatkan kemungkinan pasangannya tertular.

Penularan
Penularan penyakit ini melalui hubungan seksual terutama pada kelompok social ekonomi rendah yang sering melacur dengan insiden pada pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.

Gejala
Pada pria bagian ulkus terasa sangat nyeri, terutama bila dipijit. Masa inkubasi antara 4-7 hari dan mulai muncul sebagai papula dengan eritema yang dalam waktu 2-4 hari menjadi pustule, tererosi, dan ulserasi. Selain itu juga gejala lainnya adalah luka lebih dari satu yang sangat nyeri, tanpa radang jelas. Dan juga terdapat benjolan di lipatan paha yang sangat sakit dan mudah pecah. Lesi kebanyakan multiple, jarang soliter, biasanya pada daerah genital, jarang pada ekstragenital.

Pencegahan
Menghindari atau tidak melakukan hubungan seksual (heteroseksual) secara sembarangan.

Diagnosis
1. Pemeriksaan Sediaan Hapus
Bahan diambil dari tepi ulkus yang tergaung, dibuat hapusan pada gelas alas, kemudian dibuat pewarnaan gram, Unna-Pappenhein, Wright, atau Giemsa. 
2. Biakan kuman
Bahan diambil dari pus bubo atau lesi. 
3. Tekhnik imunofluoresense untuk menemukan antibodi
4. Biopsi
Pada lesi, organisme terdapat dalam makrofag netrofil atau bebas berkelompok dalam jaringan interstitial.
5. Tes kulit ito-reenstierna
Sekarang tidak lagi dipakai karena tidak spesifik
6. Autoinokulasi
Bahan diambil dari lesi yang tersangka, diinokulasikan pada kulit sehat daerah lengan bawag atau paha penderita yang digores lebih dahulu. Pada tempat tersebut akan timbul ulkus mole. Sekarang cara ini tidak dipakai lagi

Tata Laksana
Obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit ini adalah Sulfonamid. Sulfonamid diketahui efektif untuk chancroid pada tahun 1938 dan sebelum timbulnya strain yang menghasilkan beta laktamase, ampisilin juga efektif. Resistensi melalui plasmid terjadi pada ampisilin, sulfonamid,
kloramfenikol, tetrasiklin, streptomisin dan kanamisin. Akhir-akhir ini obat yang lebih efektif untuk mengobati penyakit ini adalah Azitromisin.

0 komentar:

Post a Comment