Mengenal Asma Lebih Dekat


Definisi
Asma berasal dari kata Yunani yakni asthma yang berarti terengah-engah. Menurut Kamus Kedokteran Dorland edisi 29, Asma adalah serangan berulang dispnea paroksismal dengan radang napas dan mengi akibat kontraksi spasmodik bronkus. Asma merupakan penyakit konstruksi saluran pernapasan kronik. Obstruksi saluran napas dapat terjadi karena vasodilatasi, edema jaringan, sumbat mukus, atau kontraksi otot polos. 
            Asma mempengaruhi seseorang dengan cara yang berbeda-beda. Ada empat tingkatan yang digunakan dalam membedakan tipe asma yakni 

  • Mild intermittent. Gejalanya muncul maksimal 2 hari dalam 1 minggu dan maksimal 2 malam dalam satu bulan.
  • Mild persistent. Gejalanya muncul lebih dari 2 kali dalam satu minggu dan lebih dari 2 malam dalam 1 bulan.
  •  Moderate persistent. Gejalanya muncul setiap hari dan mengganggu aktivitas dan lebih dari 1 malam dalam 1 minggu.
  • Severe persistent. Gejalanya muncul setiap hari dan lebih dari 1 malam dalam 1 minggu. Gejalanya berlangsung terus-menerus pada siang hari dan cukup sering pada malam hari.
Diperkirakan 60% hingga 70% penderita asma masuk dalam katagori mild persistent atau mild intermittent
 Epidemiologi 
Asma adalah penyebab tunggal morbiditas penyakit pernapasan den menyebabkan 2000 kematian per tahun. Insiden mengi terutama terjadi pada anak-anak. Satu dari empat anak yang berusia di bawah 18 tahun mengalami asma. 
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asma dan rinitis sering terdapat bersama-sama. Gejala-gejala hidung dilaporkan pada 28 - 78% penderita asma dibandingkan yang hanya 20% pada masyarakat luas. Demikian pula rinitis alergik dapat dijumpai pada 19 - 38% penderita asma, jauh lebih tinggi dibandingkan hanya 2-5% di masyarakat.
Dari suatu survei yang melibatkan 6563 penduduk, diagnosis rinitis alergik atau asma yang baru, didapatkan 2 sampai 4 kali lebih tinggi pada penduduk yang mempunyai salah satu dari kedua penyakit tadi dibanding penduduk yang riwayatnya tidak mempunyai kedua penyakit tadi. 
 Etiologi 
Penyebab sebenarnya dari asma masih belum sepenuhnya terungkap. Para ahli percaya bahwa perpaduan antara faktor genetik dan faktor lingkunganlah yang menentukan seseorang menjadi penderita asma atau tidak. American Academy of Allergy, Asthma and Immunology menyatakan bahwa 40% anak-anak yang memiliki orang tua penderita asma akan mengidap asma di kemudian hari.
Teori lain mengatakan bahwa asma berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh khususnya sel yang disebut sebagai T helper cells ( yang berfungsi untuk mencegah peradangan. Beberapa faktor tambahan yang meningkatkan risiko seseorang terhadap asma ialah:
·        Tinggal di daerah perkotaan
·        Perokok pasif
·        Iritasi dari pekerjaan seperti zat-zat kimia pada pertanian, industri elektronik, dan salon
Secara umum, terdapat lima penyebab dari asma, yaitu 
·        Genetik: diturunkan dalam keluarga dan berhubungan dengan atopi. Penelitian genetika menunjukan adanya hubungan reseptor IgE afinitas tinggi dan gen sitokin T-helper (Th2) pada kromosom 5.
·       Faktor lingkungan: stimulun bronkial spesifik seperti debu rumah, serbuk sari, bulu kucing, dan 3% populasi sensitif terhadap aspirin.
·       Paparan pekerjaan: paparan iritan atau sensitizer adalah penyebab penting dari asma yang berhubungan dengan pekerjaan.
·       Stimulus nonspesifik: infeksi virus, udara dingin, obesitas, olahraga atau stres emosional. Kadar atmosfer yang tinggi seperti saat badai atau masalah khusus merupakan predisposisi terjadinya eksasersi asma yang telah ada.
·        Faktor lingkungan lain: faktor makanan (tinggi Na+, rendah Mg2+), infeksi pada anak-anak, dan peningkatan jumlah alergen seperti debu di lingkungan.
 Patologi
Perbaikan struktur saluran pernapasan terjadi dengan hipertrofi otot polos dan fibrosis. Pemeriksaan histologi menunjukan infiltrasi sel radang khususnya eosinofil pada dinding saluran pernapasan. Penderita asma akan mengalami sesak napas sebagai akibat dari kontraksi penyempitan mendadak otot polos broki (bronchospasm) yang dipicu oleh leukotriene yang dihasilkan di paru-paru. 
 Gambaran Klinis
Saat ini, para ahli percaya bahwa asma telah berkembang dalam diri pasien sejak masa kecilnya bahkan hanya beberapa tahun sejak kelahirannya. Gejala ini terkadang dapat diobservasi sejak masa anak-anak, tetapi ada pula yang gejalanya baru tampak saat dewasa. Gambaran klinis seorang penderita asma antara lain 
·         Bernapas berulang-ulang secara cepat
·         Sesak napas
·         Batuk kronis
·         Demam
·         Bersin-bersin
·         Mata berair
·         Lesu, tidak bergairah
·         Sakit tenggorokan
Dari keluhan-keluhan di atas, keluhan utama asma ialah batuk, mengi, dan sesak napas. Namun, tidak semua penderita mengi adalah penderita asma dan tidak semua penderita asma mengalami mengi. Diagnosis asma lebih pada demonstrasi dari keluar-masuknya saluran pernapasan yang mengalami gangguan dengan mengunakan alat spirometer. 
           
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang umum ialah tes fungsi paru. Tes ini dapat menunjukan obstruksi saluran pernapasan. Pengukuran aliran puncak serial bermanfaat dalam menegakkan diagnosis dan sering kali menunjukan pola klasik penurunan di pagi hari. Pada penderita asma yang telah diketahui, pengukuran aliran puncak bermanfaat dalam menentukan berat penyakit. 
Penatalaksanaan
Pengobatan
Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal. Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan rutin untuk mencegah serangan. Ada beberapa jenis obat yang kini dapat digunakan untuk mengobati ataupun mengurangi serangan asma.
Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.
Jenis bronkodilator lainnya adalah Theophylline. Theophylline biasanya diberikan per oral (ditelan) dan tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan sirup short-acting sampai kapsul dan tablet long-acting
Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap corticosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan.
Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin
Pencegahan
Usaha untuk mencegah asma cukup sulit kaena penyebab utama dari asma sendiri masih belum diketahui secara pasti. Akan tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan  untk mengurangi gejala dari asma, yakni 
·        menghindari pemicu lingkungan atau alergen seperti serbuk sari, debu, dan asap rokok
·        hidup sehat dengan melakukan olahraga teratur, makan makanan bergizi, dan tistirahat cukup
Gastroesophageal reflux disorder (GERD), sebuah kondisi dimana asam lambung naik hingga bagian esophagus, dapat pula memicu asma. Hal ini biasanya terjadi ketika seseorang berbaring atau tidur setelah makan makanan yang relatif banyak. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari GERD ialah 
·         hindari aktivitas makan 2 jam sebelum tidur
·         minum hindari makanan yang mimicu kerja jantung seperti makanan berlemak
·         saat tidur, posisikan kepala agar lebih tinggi dari badan
Selain GERD, masih cukup banyak faktor pemicu asma yang dapat memicu timbulnya gejala asma. Usaha pencegahan asma yang paling efektif ialah mencegah dan menghindari fakor-faktor pemicu tersebut.
Prognosis
Asma adalah penyakit kronis yang membutuhkan terapi pemeliharaan. Faktor risiko kematiaan akibat asma adalah kepatuhan terhadap terapi yang buruk, perawatan di unit terapi intensif, dan perawatan di rumah sakit walaupun diberi terapi steroid.

0 komentar:

Post a Comment