KELAINAN,PENYAKIT,PEMBULU DARAH
Atherosklerosis
Pada kelainan pembuluh darah, hal yang paling ditakutkan adalah
terjadinya aterosklerosis dan arteriosklerosis. Arteriosklerosis terjadi
karena perubahan pada tunika media yang tadinya berisi otot dan
jaringan ikat elastin menjadi kalsifikasi. Ada pun ateroskelirosis ini
diakibatkan oleh lemak-lemak yang tersisa dalam pembuluh darah.
Komplikasi lanjutannya adalah terjadinya hipertensi dan aneurisma hingga
terjadi obstruksi pembuluh darah. Obstruksi ini sering terjadi akibat
kelainan di tunika intima oleh lemak tadi, sedangkan hipertensi umumnya
dikarenakan kelainan pada tunika media (berupa kalsifikasi).
Awal terjadinya atherosclerosis ini bermula dari
endotel vascular dan otot polos yang mengalami reaksi denan adanya
mediator inflamasi berupa IL-1 dan TNF-α. Namun, kedua mediator ini juga
sebenarnya dapat dilepaskan oleh endotel vascular dan otot polo situ
sendiri. Proses berikutnya dapat kita lihat melalui rangkaian mekanisme
sebagai berikut: disfungsi endotel, akumulasi lipid dalam tunika intima,
recruitment dari leukosit dan sel otot polos pada dinding pembuluh,
pembentukan foam cell, dan deposisi dari matrix ekstraseluler.
Jangan lupa, atherosclerosis dapat disebabkan oleh peradangan yang
disebut vaskulitis. Peradangan ini bisa terjadi pada arteri maupun vena.
Tahapan tersebut nantinya membentuk beberapa keadaan (nih tak terangin yang dirasa kurang lengkap aja penjelasannya yah…):
1. Fatty Streak
Fatty streak menggambarkan pewarnaan kuning pada sisi dalam arteri,
tetapi tidak mengganggu baik aliran darah maupun lumen pembuluh. Ia juga
dapat berkurang pada beberapa tempat di pembuluh darah pada saat
tertentu. Namun, ia dapat muncul di aorta maupun arteri koronaria pada
usia 20 tahun.
2. Disfungsi endotel
Normalnya, pada aliran laminar terjadi pemberian gaya geser sehingga
mengaktifkan endotel agar mensekresi NO yang berguna sebagai vasodilator
sekaligus menghambat agregasi platelet. Ia juga mengekspresikan enzim
superoxide dismutase sehingga menjadi pelindung terhadap ROS. Oleh
karena itu, arteri dengan percabangan sedikit (seperti arteri mamilaris
interna) cukup resisten terhadap arterosklerosis, sedangkan arteri
karotis komunis dan arteri koronoaria sinistra menjadi tempat dominan
terjadinya keadaan tersebut.
Disfungsi endotel juga beresiko terjadi pada perokok, kadar lipid
abnormal, dan DM. Ketiga resiko ini dapat menimbulkan produksi anion
superoksida.
3. Leukocyte recruitment
Leukosit yang berperan utama dalam proses ini adalah monosit dan
limfosit T. Proses ini akan tergantung pada ekspresi dari leukocyte
adhesion molecules (LAM) dan sinyal kemoatraktan seperti monocyte
chemotactic protein 1 (MCP-1) dan IL-8 yang mengarahkan terjadinya
diapedesis (proses “nyelipnya” leukosit antara endotel). Ada pun LAM
yang paling sering terlihat pada proses inflamasi pada plak
arterosklerosis adalah gen turunan immunoglobulin (seperti VCAM 1 dan
ICAM 1) dan selectin (E-selectin dan P-selectin). Peranan limfosit T di
sini adalah penyedia sitokin dalam rangkaian proses inflamasi.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah modified LDL (mLDL) dan sitokin
proinflamasi. Mereka dapat menginduksi ekspresi LAM dan sitokin
kemoatraktan (chemokine) secara bebas. Namun, mLDL juga dapat
menginduksi endotel dan sel otot polos untuk memproduksi sitokin
proinflamasi juga.
4. Pembentukan Plak
Migrasi otot polis mendominasi pembentukan plak, disamping
berlangsungnya pembentukan fatty streak. Plak ini terdiri dari lipid
yang dibungkus oleh fibrous cap. Deteksi dengan angiografi masih
memungkinkan pada tahap awal, tetapi pada obstruksi yang nantinya
terbentuk, perfusi jaringan dapat terganggu sehingga iskemi hingga
angina pectoris dapat terjadi.
Hati-hati komplikasinya. Jika rupture fibrous capnya, selain menyebabkan
rupture pembuluh darah (yang udah dijelaskan), ternyata dapat juga
menyebabkan molekul prothrombotic yang tadinya dikuring di dalam plak,
menjadi terbuka. Nantinya, hal ini memicu thrombosis akut. Komplikasi
lain berupa kalsifikasi, emboli, perdarahan, dan dinding pembuluh
melemah.
Aneurisma
Aneurisma merupakan keadaan dimana dinding pembuluh darah melemah akibat
tergantinya dinding pembuluh (elastin dan ototnya diganti menjadi
jaringan ikat). Hal ini menyebabkan aneurisma tampak seperti pembuluh
yang terdilatasi, tetapi hanya pada sebagian kecil dari pembuluh darah.
Ia dapat pecah dengan tiba-tiba, baik pada orang sehat sekalipun.
Hati-hati akan aneurisma, terutama di otak (paling sering) karena paling
rentan menyebabkan kematian. Aneurisma ini bisa bersifat congenital
maupun acquired. Namun, banyak orang yang dapat meninggal mendadak
karena pecahnya aneurisma tanpa didahului gejala apa pun.
Aneurisma ini sendiri tergantung pada tekanan dan keadaan dinding
pembuluh yang mengalami proses repair. Awalnya ia berasal dari luka pada
jejas parenkim yang akan digantikan dengan fibrosis saat akan
disembuhkan. Jejas parenkim ini selalu menyebabkan proliferasi parenkim
yang diikuti dengan proliferasi jaringan ikat sehingga pada jejas
pembuluh darah, setiap jaringan otot akan diganti jaringan ikat.
Ada beberapa bentuk lain aneurisma: (pisiform dan sapurus? Ini juga g ga
kedengeran). Kalo di pathophysiology of heart disease, bentuk ini
terbagi menjadi 2: true aneurysm dan pseudoaneurysm. Yang true, dibagi
jadi fusiform dan saccular. Fusiform paling umum ditemukan. Cirinya
berupa dilatasi simetris pada seluruh segmen aorta, sedangkan yang
saccular hanya sebagian. Pseudoaneurisma terbentuknya pecahan dari
dinding pembuluh akibat bocornya darah pada dinding pembuluh. Pecahan
ini mengandung tunika adventitia atau thrombus perivaskular. Untuk yang
satu ini, penyebabnya bisa karena infeksi atau trauma oleh karena pungsi
pembuluh darah, atau kateterisasi.
Pencegahan pada aneurisma dilakukan dengan menghindari aktivitas yang
meningkatkan tekanan darah seperti emosi (marah), tidak mengedan saat
BAB, dan lakukan olahraga yang ringan saja. Jangan juga makan yang
keras-keras.
(Jangan lupa hafalin tempat yang paling rentan terjadinya aneursima. Ada
di slide^^) Pada buku yang sama, pathophysiology of heart disease
mengatakan bahwa aorta abdominalis menjadi tempat pembentukan aneurisma,
diikuti dengan arteri thorakalis, dan arteri perifer dan cerebri. Pada
aneurisma di ascending aorta thorakalis (ascending thoracic aortic
aneurysm) terjadi nekrosis kistik medial karena proses degenerasi dan
fragmentasi dari serat elastin disertai akumulasi material kolagen dan
mucoid pada tunika media sebagai akibat penuaan disertai hipertensi
maupun sindrom-sindrom herediter (Marfan syndrome dan Ehlers-Danlos
Syndrome). Lain halnya dengan descending thoracic aorta dan abdominal
aorta, atherosclerosis dan faktor resikonyalah yang menyebabkan
aneurisma.
Faktor penyebab lainnya berupa ketidakseimbangan sintesis dan degradasi
kolagen dan elastin. Adanya CRP dan IL-6 juga menjadi penanda inflamasi
yang terkait aneurisma. Ada pun kedua tanda ini menunjukkan ukuran
aneurisma. Infeksi akibat Salmonella, stafilokokus, streptococcus, TB,
sifilis, dan jamur juga menjadi penyebabnya.
Hipertensi
Hipertensi erat kaitannya dengan mikroaneurisma di otak (aneurisma pada
pembuluh darah kecil di otak). Peningkatan tekanan dan resistensi
pembuluh darah menyebabkan perlunya kontraksi kuat untuk mengalirkan
darah. Tekanan inilah yang nantinya bisa menekan dinding aneurisma.
Faktor lainnya adalah keutuhan dinding sel. Hati-hati menyebabkan
hemmorhagic cerebri karena paling sering menyebabkan kematian.
Pada benign hypertension, pembuluh darahnya mengalami degenerasi
hyaline. Hati-hati jika terjadi di ginjal. Bisa ditemui pada mereka yang
DM. Komplikasi dari DM inilah yang memunculkan hyaline atherosclerosis
yang dapat berlanjut pada aneurisma akibat melemahnya dinding pembuluh
darah tadi.
Vasculitis
Vaskulitis merupakan radang pada pembuluh darah, baik arteri maupun
vena. Pada vena, disebut sebagai thrombophlebitis, sedangkan pada arteri
disebut arteritis. Pada vasculitis, seringkali diketahui pada wanita
hamil akibat adanya abortus berulang. Hal ini menjadi indikasi dari
pemeriksaan ANCA. ANCA inilah yang sering menjadi penyebab (imunologi)
kelainan pembuluh darah.
Proses peradangan vaskulitis dapat diterangkan sebagai berikut. Ia
diawali dari deposisi kompleks imun dan cell-mediated immune response.
Kompleks imun memicu aktivasi kaskade komplemen dengan disertai
pelepasan kemoatraktan dan anafilatoksin yang mengarahkan neutrofil pada
dinding pembuluh disertai peningkatan permeabilitasnya. Terjadilah
kerusakan pembuluh oleh karena pelepasan isi lisosom berupa oksigen
toksik (radikal bebas). Pada cell-mediated, limfosit T berikatan dengan
antigen vaskuler dan melepaskan limfoksin yang menarik limfosit dan
makrofag pada dinding pembuluh.
Komplikasi lanjutannya dapat berupa IBD (Inflammatory Bowel Disease)
maupun paraneoplastic vasculitis. Gejala IBD berupa mencret
terus-menerus.
Thromboangitis Obliterans (Burger’s Disease)
Penyakit ini umum terjadi pada perokok berat yang mengalami mikroabses
pada pembuluh darah. Nyeri menjadi gejala utama karena mengenai saraf.
Namun, peradangan pada pembuluh darah ini terjadi terus-menerus sehingga
harus dipotong pada posisi yang semakin proksimal.
Varises
Varises terjadi pada orang yang berdiri dalam waktu lama. Varises
ditandai dengan pembesaran dinding vena oleh karena katup dan dinding
vena yang lemah sehingga darah dari kaki gagal naik ke atas. Ada
kemungkinan juga disebabkan secara congenital. Paling banyak terjadi
pada perempuan. Hati-hati jika ia infeksi, pecah, dan menjadi ulkus.
Varises ini seringkali terjadi pada vena saphenous serta percabangannya.
Namun ia juga dapat muncul di area anorektal (hemorrhoid), vena
esophagus bawah (esophageal varices), dan spermatic cord (varicocele).
Pada varises primer, perbesaran vena memang berasal dari daerah
superficial akibat kehamilan, obesitas, dan lama berdiri. Dengan adanya
kelemahan pada dinding pembuluh, orang hamil dan mereka yang lama
berdiri dapat menyebabkan varises. Pada orang obesitas, banyaknya
jaringan adipose di sekitar dinding pembuluh menyebabkan kurangnya
dukungan terhadap vena jika dibandingkan dengan massa lainnya.
Lain halnya dengan varises sekunder, penyebabnya merupakan kelainan pada
vena bagian dalam yang berujung pada varises superficial. Vena dalam
ini bisa saja mengalami obstruksi atau insufisiensi.
Gejala yang sering timbul berupa nyeri yang diffuse (dull ache), rasa
berat, atau ada sensasi tekanan di kaki. Jika katupnya abnormal,
biasanya terjadi pembengkakan dan ulserasi pada kulit yang parah di
dekat mata kaki.
Thrombophlebitis (sumber: rekaman kuliah)
Radang terjadi pada vena, terutama vena permukaan. Thrombophlebitis ini
sendiri dapat berasal dari varises yang mengalami infeksi. Varises
terinfeksi ini dapat pecah dan menimbulkan ulkus. Ulkus inilah yang
membentuk thrombophlebitis.
Selain itu, thrombus juga dapat menyebabkan thrombophlebitis pada
peradangan. Isi dari thrombus ini berupa platelet dan fibrin. Perubahan
pada dinding pembuluh darah nantinya dapat mencakup infiltrasi
garnulosit, kehilangan endotel, dan edema.
Phlebothrombosis (sumber: rekaman kuliah)
Sama seperti thrombophlebitis, kecuali letak vena yang terkena. Vena
yang mengalami radang terletak di bagian dalam, bisa terjadi di kaki.
Trombosis juga menjadi etiologinya. Phlebothrombosis ini paling
berbahaya karena bisa menyebabkan emboli paru. Kembali diingatkan,
emboli merupakan sumbatan pada pembuluh darah, tetapi ia masih dapat
bergerak. Pada Phlebothrombosis, emboli paru dapat terjadi. Penyakit ini
sendiri ini sering terjadi pada pasien pasca operasi. Dibandingkan
thrombophlebitis, phlebothrombosis paling sering terjadi.
Hemangioma
Hemangioma ditandai dengan warna merah di daerah kepala. Hal ini masih
dapat dianggap normal pada anak kurang dari 2 tahun yang nantinya dapat
hilang. Namun, jika lebih dari 2 tahun, kecurigaan terhadap hemangioma
dapat ditegakkan. Hemangioma sendiri merupakan tumor jinak.
Menurut Braunwald’s Heart Disease, hemangioma dapat muncul pada beragam
usia, tanpa gejala, dan berpotensi untuk muncul berulang. Penyebabnya
masih belum dapat diketahui. Pada keadaan simptomatik, pasien dapat
mengalami aritmia, gagal jantung kongestif, emboli cerebral, efusi
pericardium, hingga kematian mendadak. Deteksi yang sensitive berupa
penggunaan echocardiography maupun coronary angiography. Kemunculannya
lebih sering terjadi di ventrikel dibandingkan atrium. Secara
histologist, ia tidak memperlihatkan adanya nekrosis, inti atipik,
maupun aktivitas mitosis.
3 tipe klasifikasi histopatologinya antara lain:
1. Hemangioma Kavernosa
Berisi banyak pembuluh darah, baik yang berdinding tebal maupun tipis.
Aliran darahnya yang lambat menyebabkan tidak munculnya gambaran jelas
dari hemangioma meskipun menggunakan kontras.
2. Hemangioma Kapiler
Terbentuknya pembuluh kapiler kecil dengan komposisi lobules dari sel endotel
3. Atriovenous hemangioma
Terdiri dari arteri displastik berdinding tebal, vena, dan kapiler.
Angiosarcoma (Menurut Braunwald’s lagi…)
Angiosarcoma merupakan tumor jantung paling umum yang bisa ditemui pada
kebanyakan orang berusia 30-50 tahun meski dijumpai variasi antara umur
2-80 tahun. Pria paling sering mengidapnya. Gejala umumnya berupa
dyspnea, nyeri dada, murmur, aritmia, sindrom vena cava superior, dan
terbukti adanya gagal jantung kongestif. Baik pemeriksaan EKG maupun
radiologi, tidak ada gambaran spesifiknya (penjelasannya baca sendiri
yah, g lihat ga penting2 soalny). Pemeriksaan yang lebih sensitive
menggunakan echo-guided cardiac biopsy, meski masih perlu dibantu dengan
biopsy pada tempat metastasis lainnya untuk mengkonfirmasi.
0 komentar:
Post a Comment