Hepatitis B


 Hepatitis B ditransmisikan secara hematogen (lewat darah) dan seksual. Infeksi dapat bersifat simpomatik (bergejala) maupun asimptomatik (tidak bergejala). Virus ini merupakan virus DNA.
Siklus hidup virus hepatitis B
  1. Toleransi imun. Durasi dari tahap ini untuk orang dewasa sehat adalah 2-4 minggu dan mencerminkan periode inkubasi, sedangkan untuk bayi baru lahir bisa mencapai lebih dari satu dekade. Pada tahap ini tidak ada peningkatan dari level aminotranferase walaupun virus terus bereplikasi.
  2. Pada tahap kedua terjadi reaksi inflamasi pada sel yang terinfeksi, berdurasi 3-4 minggu (periode simptomatis). Untuk pasien dengan infeksi kronik, 10 tahun atau lebih dapat berkembang menjadi sirosis.
  3. Selanjutnya imun tubuh dapat menyerang hepatosit yang terinfeksi.  Replikasi virus tidak lagi terjadi.
  4. Pada tahap ini virus tidak lagi dapat terdeteksi dan antibodi telah diproduksi.

Gejala pada hepatitis B terbagi menjadi fase akut dan fase kronis. Pada fase akut masa inkubasi dapat mencapai 1-6 bulan. Umumnya tidak terjadi ikterus. Mayoritas bersifat asimptomatik. Pada pasien yang memiliki gejala, gejala yang terjadi adalah tidak nafsu makan, mual, muntah, pegal, nyeri perut kanan atas, nyeri epigastrium, dan lain-lain. Pda kondidi hiperakut, akut, dan subakut dapat terjadi encphalopathy hepatikum, somnolence, coma, dan lain-lain. Pada pasien hepatitis B kronik dapat bersifat asimptomatik. Namun, gejala yang mungkin terjadi pada aktif kronik hepatitis, pada waktu replikasi, dapat mengeluh hal yang sama seperti fase akut.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan demam, jaundice, hepatomegali, splenomegali, palmar eritema, spider nevi. Pada pasien yang telah terjadi sirosis dapat ditemukan asites, riwayat perdarahan variceal, edema perifer, ginecomastia, atrofi testis, dan caput medusa.
Derajat kerusakan hepar berdasarkan fibrosis:
·         Derajat 0 : Tidak ada fibrosis
·         Derajat 1 : Fibrosis portal
·         Derajat 2 : Fibrosis periportal
·         Derajat 3 : Septal, jembatan fibrosis
·         Derajat 4 : Sirosis
Pemeriksaan penunjang pada hepatitis B berupa test fungsi hepar yang etrmasuk alanin aminotransferase (ALT), aspartate aminotransferase (AST), alkaline fosfatase (ALP), bilirubin total dan direk, bilirubin urin dan urobilinogen. Status koagulasi seperti Prothrombin Time (PT), total protein, albumin, complete blood cell, dan atau level ammonia pada kasus berat.
Serologi pada Hepatitis B
Produksi hepatitis B antibodi HbsAg dapat memberikan perlindungan yang dapat dideteksi pada pasien yang telah terkena infeksi HBV atau mereka yang telah tervaksin . HbcAg hampir selalu dapat dideteksi pada pasien yang sebelumnya pernah terkena HBV. IgM menunjukan keadaan infeksi akut atau reaktivasi, sedangkan IgG menunjukan adanya infeksi kronik. Variasi lain dari genom HBV diidentifikasi dengan HbeAg. 
Pada kronik inaktif hepatitis B, AST dan ALT level dapat normal dan HbeAg dan HBV DNA dapat negatif. Pada kronik yang aktif aminotransferasi akan meningkat lebih dari 5 kali dan peningkatan ALT lebih tinggi dari AST.
Tatalaksana Hepatitis B
Terapi untuk hepatitis B direkomendasikan pada hepatitis B aktif (yang ditandai dengan tingginya level aminotransferase, temuan HBV DNA, HbeAg). Pada umumnya, pasien dengan HbeAg positif yang disertai bukti kronik HBV, tatalaksana dapat diberikan ketika HBV DNA lebih dari 20.000 IU/mL dan ketika serum ALT meningkat selama 3-6 bulan. Untuk yang memiliki HbeAg negatif pada kronik HBV, tatalaksana dapat dimulai saat HBV DNA lebih dari 2000 IU/mL dan serum ALT meningkat lebih dari 20 U/L untuk wanita dan 30 U/L untuk pria, selama 3-6 bulan.
Sebagai tatalaksana nutrisi untuk pasien dengan sirosis diperlukan diet rendah garam (1,5 g/d), diet tinggi protein, dan jika terjadi hiponatremia, dilakukan restriksi cairan jika ada indikasi.
Pengobatan yang dapat diberikan antara lain antiviral seperti tenofovir, lamivudine, adefovir dipivoxil, entecavir, telbivudine dan golongan interferon seperti pegiteron alfa 2a, interferon alfa 2b.

0 komentar:

Post a Comment