Pengeluaran Cairan Tubuh Oleh Ginjal Dan Peran Vasopresin (ADH)
Ginjal
mengeliminasi komponen plasma yang tidak lagi diperlukan ke dalam urin
dan menahan komponen-komponen yang masih bermanfaat bagi tubuh. Satuan
fungsional ginjal adalah nefron yang terdiri dari komponen vaskular
(kapiler glomerulus dan peritubular) dan tubulus (berawal dari kapsul
bowman hingga ke pelvis ginjal). Ginjal melaksanakan tiga proses dasar
dalam menjalankan fungsi regulatorik dan ekskretorik.
(1) Filtrasi glomerulus,
perpindahan non-diskriminatif plasma bebas protein dari darah ke dalam
tubulus. Dalam proses ini filtrat glomerulus terbentuk sewaktu sebagian
plasma yang mengalir melalui glomerulus dan terdorong secara pasif oleh
tekanan menembus membran glomerulus untuk masuk ke dalam lumen kapsul
Bowman di bawahnya. Plasma yang mengalir melalui ginjal 20% difiltrasi
melalui glomerulus dengan kecepatan 125 ml/menit (laju filtrasi
glomerulus/GFR). Laju filtrasi glomerulus ini dapat diubah secara
sengaja dengan mengubah tekanan darah kapiler glomerulus.
(2) Reabsorbsi tubulus, perpindahan selektif konstituen tertentu ke dah kapiler peritubulus. Zat-zat yang secara aktif direabsorbi adalah Na+, sebagian besar elektrolit, dan nutrient organik (glukosa dan asam amino). Zat yang direabsorbsi secara pasif adalah Cl-, H2O, dan urea. Di awal nefron reabsorbsi Na+ terjadi secara konstan, tetapi di tubulus diatal dan pengumpul reabsorbsi Na+ dikontrol oleh sistem renin-angiotensin-aldosteron. Apabila beban Na+/tekanan
darah arteri di bawah normal, ginjal akan mensekresi renin yang
selanjutnya merangsang sekresi aldosteron yang meningkatkan reabsorbsi
Na+ dari bagian distal tubulus sehingga memperbaiki beban Na+/tekanan darah. Elektrolit lain yang juga secara aktif direabsorbsi oleh tubulus adalah PO42- dan Ca++.
(3) Sekresi tubulus,
perpindahan spesifik zat-zat tertentu dari darah kapiler peritubulus ke
dalam cairan tubulus. Zat-zat yang disekresi antara lain H+ (mengatur keseimbangan asam-basa), K+ (menjaga konsentrasi K+ plasma dalam tingkat yang sesuai) dan anion dan kation organik.
(4) Ekskresi Urin dan Klirens Plasma
Ginjal mampu mengeksresikan urin dengan volume dan konsentrasi yang berbeda- beda bergantung pada apakah tubuh mengalami defisit atau kelebihan H2O.
Ginjal mampu menghasilkan urin dengan rentang dari 0,3 ml/menit pada
1.200 mosm/l sampai 25 ml/menit pada 100 mosm/l dengan mereabsorpsi H2O
dalam jumlah bervariasi dari bagian distal nefron. Variasi reabsorpsi
ini dimungkinkan oleh adanya gradien osmotik vertikal yang berkisar dari
300 sampai 1.200 mosm/l di cairan interstisium medula yang dibentuk
oleh sistem countercurrent lengkung Henle dan daur ulang urea antara tubulus pengumpul dan lengkung Henle.
Mekanisme countercurrent multiplication
memiliki dua fungsi, antara lain (1) menciptakan gradien osmotik
vertikal di cairan interstitium medula. Gradien ini kemudian digunakan
oleh tubulus pengumpul untuk memekatkan cairan tubulus, sehingga dapat
diekskresikan urin yang lebih pekat daripada cairan tubuh normal.
Gradien ini dipertahankan oleh countercurrent exchange.
Fungsi yang kedua (2) adalah kenyataan bahwa cairan bersifat hipotonik
ketika memasuki bagian distal tubulus memungkinkan ginjal mengekresikan
urin yang lebih encer daripada cairan tubuh.
Gradien
osmotik vertikal tempat cairan tubulus hipotonik (100 mosm/l) terpajan
sewaktu cairan mengalir melalui bagian distal nefron menciptakan gaya
pendorong pasif untuk reabsorpsi progresif H2O dari cairan tubulus, tetapi tingkat reabsorpsi H2O
yang sebenarnya bergantung pada jumlah vasopresin (hormon antidiuretik)
yang disekresikan. Vasopresin meningkatkan permeabilitas tubulus distal
dan pengumpul terhadap H2O; keduanya impermeabel terhadap H2O jika tidak terdapat vasopresin. Sekresi vasopresin meningkat sebagai respons terhadap defisit H2O, dan hal ini menyebabkan peningkatan reabsorpsi H2O. Sekresi vasopresin dihambat jika terdapat kelebihan H2O, sehingga reabsorpsi H2O menurun. Dengan cara ini, penyesuaian dalam reabsorpsi H2O yang dikontrol oleh vasopresin membantu mengkoreksi setiap ketidakseimbangan cairan.
untuk artikel lengkap proses pembuatan urin dapat dilihat di fungsi ginjal dan pembentukan urin
untuk artikel lengkap proses pembuatan urin dapat dilihat di fungsi ginjal dan pembentukan urin
Pengaturan Imbangan Cairan yang Diatur Oleh ADH
Agar dapat terjadi reabsorpsi H2O ke tubulus, ada dua kriteria yang harus dipenuhi: (1) terdapat gradien osmotik melintasi tubulus (yang dipertahankan oleh countercurrent exchange), dan (2) segmen tubulus harus permeabel terhadap H2O. Tubulus distal dan pengumpul bersifat impermeabel terhadap H2O, kecuali bila terdapat vasopresin (hormon antidiuretik) yang meningkatkan permeabilitas terhadap H2O.
Vasopresin dihasilkan oleh badan sel neuron spesifik di hipotalamus,
kemudian disimpan di kelenjar hipofisis posterior, yang melekat ke
hipotalamus melalui sebuah tangkai penghubung tipis. Hipotalamus
mengontrol pengeluaran vasopresin dari hipofisis posterior ke dalam
darah. Melalui mekanisme umpan‑balik negatif, sekresi vasopresin
dirangsang oleh defisit H2O sewaktu H2O harus dihemat oleh tubuh dan dihambat oleh kelebihan H2O sewaktu kelebihan tersebut harus dieliminasi melalui urin.
Vasopresin mencapai membran basolateral sel‑sel tubulus yang melapisi
tubulus distal dan pengumpul melalui sistem sirkulasi, dan kemudian
berikatan dengan reseptor yang spesifik untuknya. Pengikatan ini
mengaktifkan sistem perantara kedua AMP siklik, yang akhirnya
meningkatkan permeabilitas membran luminal di seberangnya terhadap H2O dengan meningkatkan jumlah saluran H2O di membran sehingga reabsorpsi H2O
pun meningkat. Respons tubulus terhadap vasopresin bersifat berjenjang;
semakin banyak vasopresin yang tersedia, semakin besar permeabilitas
tubulus distal dan pengumpul terhadap H2O. Namun, peningkatan jumlah saluran H2O
membran luminal ini tidak permanen. Saluran‑saluran tersebut kembali
seperti semula apabila sekresi vasopresin berkurang dan aktivitas AMP
siklik juga menurun. Dengan demikian, permeabilitas H2O menurun apabila sekresi vasopresin berkurang.
Apabila sekresi vasopresin meningkat sebagai respons terhadap defisit H2O dan permeabilitas tubulus distal serta pengumpul terhadap H2O meningkat, cairan tubulus yang hipotonik yang memasuki tubulus distal akan secara progresif kehilangan H2O
melalui osmosis ke dalam cairan interstisium. Karena cairan tubulus
dengan konsentrasi 100 mosm/l terpajan ke cairan interstisium di
sekitarnya dengan konsentrasi 300 mosm/l, H2O keluar dari
cairan tubulus melalui osmosis menembus sel‑sel tubulus yang sekarang
permeabel sampai cairan tubulus mencapai konsentrasi maksimum 300
mosm/l. Pada saat mengalir semakin jauh melintasi tubulus, cairan
tubulus 300 mosm/l ini terpajan ke cairan interstisium di sekitarnya
yang osmolaritasnya lebih tinggi lagi. Akibatnya, cairan tubulus semakin
kehilangan H2O melalui osmosis dan semakin pekat, kemudian
terus mengalir untuk terpajan ke osmolaritas cairan interstisium yang
lebih tinggi lagi, sehingga kehilangan lebih banyak lagi H2O, dan demikian seterusnya.
Di bawah pengaruh kadar maksimum vasopresin, cairan tubulus dapat
dipekatkan sampai 1.200 mosm/l di akhir tubulus pengumpul. Setelah
melewati tubulus pengumpul tidak terjadi lagi modifikasi cairan tubulus,
sehingga apa yang terdapat di bagian tubulus ini yang menjadi urin.
Akibat reabsorpsi ekstensif H2O di segmen‑segmen terakhir
tubulus yang diinduksi oleh vasopresin ini, dapat diekskresikan urin
dalam jumlah sedikit dengan konsentrasi sampai 1.200 mosm/l. Setiap
menit dapat dihasilkan urin dalam jumlah minimum sebesar 0,3 ml, kurang
dari sepertiga dari kecepatan aliran urin normal yang 1 ml/menit. H2O
yang direabsorpsi dan memasuki cairan interstisium medula diserap
kembali oleh kapiler peritubulus dan dikembalikan ke sirkulasi umum,
sehingga tertahan di dalam tubuh.
Walaupun vasopresin mendorong penghematan H2O
oleh tubuh, hormon ini tidak dapat secara total menghentikan
pernbentukan urin, bahkan apabila orang yang bersangkutan tidak mendapat
H2O, karena H2O dalam jumlah minimum harus tetap dikeluarkan bersama dengan zat‑zat terlarut sisa. Secara
kolektif, zat‑zat sisa dan konstituen lain yang dieliminasi dalam urin
rata‑rata berjumlah 600 mosm setiap harinya. Karena pemekatan maksimum
urin adalah 1.200 mosm/l, volume minimum urin yang diperlukan untuk
mengekskresikan zat‑zat sisa tersebut adalah 500 ml/hari. Di bawah
pengaruh maksimum vasopresin, 99,8% dari 180 liter plasma yang
difiltrasi setiap hari dikembalikan ke dalam darah, dengan pengeluaran
obligat H2O sebesar setengah liter.
Kemampuan ginjal memekatkan urin untuk memperkecil pengeluaran H2O apabila diperlukan dapat terjadi karena adanya gradien osmotik di medula yang dipertahankan oleh countercurrent exchange.
Apabila tidak terdapat gradien tersebut, ginjal tidak dapat
menghasilkan urin yang lebih pekat daripada cairan tubuh seberapapun
banyaknya vasopresin yang disekresikan, karena satu‑satunya pendorong
reabsorpsi H2O adalah perbedaan konsentrasi antara cairan tubulus dan cairan interstisium.
Sebaliknya, jika seseorang mengkonsumsi sejumlah besar H2O, kelebihan H2O
tersebut harus dikeluarkan dari tubuh tanpa secara bersamaan
menghilangkan zat‑zat terlarut yang penting untuk mempertahankan
homeostasis. Pada keadaan ini, tidak terdapat sekresi vasopresin,
sehingga tubulus distal dan pengumpul tetap tidak permeabel terhadap H2O. Cairan tubulus yang masuk ke tubulus distal bersifat hipotonik (100 mosm/l), karena kehilangan garam tanpa kehilangan H2O
di pars asendens lengkung Henle. Sewaktu cairan hipotonik ini melewati
tubulus distal dan pengumpul, gradien osmotik medula tidak mampu
menimbulkan pengaruh apapun karena impermeabilitas segmen-segmen
terakhir tubulus terhadap H2O. Dengan kata lain, tidak ada H2O
di dalam tubulus yang dapat keluar dari lumen untuk direabsorpsi
walaupun cairan tubulus lebih encer daripada cairan interstisium. di
sekitarnya. Dengan demikian, tanpa adanya vasopresin, 20% cairan yang
difiltrasi dan mencapai tubulus distal tidak dapat direabsorpsi.
Sementara itu, ekskresi zat‑zat sisa dan zat terlarut urin lainnya terus
berlangsung. Hasil akhirnya adalah urin encer dalam jumlah besar, yang
membantu tubuh mengeluarkan kelebihan H2O. Osmolaritas urin
dapat serendah 100 mosm/l, sama seperti cairan yang masuk ke tubulus
distal. Tanpa adanya vasopresin, aliran urin dapat meningkat hingga 25
ml/menit, dibandingkan dengan produksi urin normal sebesar 1 ml/menit.
Tidak mungkin dihasilkan urin yang lebih encer daripada cairan tubuh
apabila cairan tubulus tidak bersifat hipotonik sewaktu memasuki bagian
distal nefron. Pengenceran ini dilakukan di pars asendens sewaktu NaCl
secara aktif dikeluarkan, tetapi H2O tidak dapat
mengikutinya. Karena itu, lengkung Henle, dengan secara simultan
menciptakan gradien osmotik medula dan mengencerkan cairan tubulus
sebelum cairan tersebut memasuki segmen distal, berperan penting dalam
kemampuan ginjal mengekskresikan urin dengan konsentrasi bervariasi
dari 100 sampai 1.200 mosm/l. Hal ini dapat dilakukan karena adanya
mekanisme countercurrent multiplication.
Perubahan konsentrasi urin, menunjukkan seberapa banyak H2O
yang direabsorpsi dihemat oleh tubuh. Produksi urin encer dalam jumlah
besar menunjukkan bahwa sedikit atau tidak ada dari 20% H2O
yang difiltrasi dan dapat dikontrol tersebut dikembalikan ke plasma.
Sebaliknya, ekskresi urin pekat dalam jumlah sedikit menandakan
terjadinya reabsorpsi ekstensif bagian H2O yang difiltrasi
dan dapat dikontrol itu. Tingkat reabsorpsi berkaitan langsung dengan
jumlah vasopresin yang disekresikan, yang sebaliknya bergantung pada
status hidrasi tubuh. Variasi jumlah vasopresin yang disekresikan
sesuai dengan kebutuhan H2O tubuh memungkinkan penyesuaian reabsorpsi dan ekskresi H2O secara tepat, sehingga keseimbangan cairan dapat dipertahankan.
Vasopresin mempengaruhi permeabilitas H2O hanya di tubulus distal dan pengumpul. Hormon ini tidak memiliki pengaruh pada 80% H2O yang difiltrasi yang secara obligatorik direabsorpsi tanpa kontrol di tubulus proksimal dan lengkung Henle.
0 komentar:
Post a Comment