Kanker Kolon
Epidemiologi
Kanker kolorektal di dunia mencapai urutan ke-4 dalam hal
kejadian, dengan mayoritas penderita laki-laki. Secara umum kanker ini
meningkat tajam setelah usia 50 tahun. Kanker ini menjadi penyabab kematian
kedua terbanyak dari seluruh pasien kanker di Amerika Serikat dengan angka
kematian mendekati 60.000 per tahun.1
Etiologi
Kanker
kolon disebabkan oleh banyak faktor seperti genetik, eksposur (diet), dan inflamasi
pada traktus digestivus. Mutasi herediter dari gen APC diduga menjadi
menyebabkan poliposis adenomatosa, dimana seseorang berisiko mengalami kanker
kolon pada usia 40 tahun. Hereditary nonpolyposis
colon cancer syndrome (HNPCC, Lynch syndrome) berisiko 40% menyebabkan kanker
kolorektal. Lynch syndrome dikarakteristikan dengan deficient mismatch repair
(dMMR) akibat mutasi gen hMLH1, hMSH2, hMSH6, hPMS1, hPMS2, dan lainnya. Faktor
diet sering dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini, studi epidemiologi
menunjukan kanker kolorektal berhubungan erat dengan diet tinggi daging merah,
lemak binatang, diet rendah serat, dan rendahnya intake buah dan sayur.2
Patofisiologi
Mutasi
pada gen APC akan mengaktivasi onkogen c-myc and cyclin D1, yang menimbulkan
proses malignancy. APC diketahui berpengaruh terhadap familial adenomatous
polyps. Gen lain yang penting terhadap kolon
karsinogenesis termasuk KRAS onkogen yang menyebabkan inaktivasi SMAD4
dan DCC yang berperan sebagai tumor suppresor gen.2
Faktor Risiko
Faktor
risiko yang berhubungan dengan perkembangan kanker kolon ini antara lain
rendahnya asupan folat, kalsium, dan penggunaan terapi hormon esterogen. Gaya
hidup yang berhubungan antara lain alkohol, rokok, obesitas, dan sedentary
habits. Studi meta analisis menunjukan bahwa diabetes adalah faktor risiko
independen untuk kanker kolorektal.2
Diagnosis
Anamnesis
Gejala
yang dapat ditemukan pada pasien dengan adenokarsinoma kolon adalah pucat,
perdarahan saat buang air besar, nyeri pada perut, timbul benjolan di perut,
perubahan pola defekasi, dan obstruksi intestinal. Pada pasien dengan Lokasi
tumor di kanan pasien cenderung untuk diare dengan occult blood, sedangkan pada
pasien dengan lokasi tumor kiri Temuan berupa bowel obstruction dengan
perdarahan yang masif.2
Pemeriksaan Fisik
Temuan
pada pemeriksaan fisik umumnya non spesifik seperti fatigue dan penurunan berat
badan. Pada kasus yang lebih berat, dapat ditemukan nyeri pada perut,
perdarahan makroskopik dari rektum, massa pada abdomen, hepatomegali, dan
asites.2
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan
penunjang yang diperlukan antara lain fungsi organ liver dan ginjal dalam
mengantipasi prosedur diagnostik dan terapi yang diperlukan seperti imaging,
biopsi, pembedahan, dan kemoterapi. Selain itu diperlukan pemeriksaan penanda
tumor CEA, Complete blood cell count, dan kimia darah. Serum CEA sebaiknya
diukur sebelum operasi karena hal ini akan menjadi nilai prognostik untuk
mengetahui keparahan penyakit.2
Radiologi
Pencitraan
untuk dada dan abdomen digunakan untuk tujuan staging. Dalam hal ini CT scan
dan MRI dapat digunakan. PET scan digunakan untuk staging kanker kolorektal
untuk mendeteksi deposit metastatik.2
Prosedur
Prosedur
yang dapat digunakan adalah kolonoskopi, sigmoidoskopI, dan double contrast
barium enema. Pada prosedur ini dapat disertai biopsy dan kelainan yang
ditemukan.2
Staging
Tx:
Tidak ada deksripsi dari luas tumor.
Tis:
In situ carcinoma; Tumor hanya mencapai muscularis mucosa
T1:
Tumor melewati muscularis mucosa dan menyebar ke submucosa
T2:
Tumor melewati
submucosa dan menyebar ke muscularis propria
T3:
Tumor melewati muscularis propria dan masuk ke lapisan terluar kolon namun
tidak melewati. Tidak mencapai jaringan sekitar ataupun organ sekitar.
T4a:
Tumor melewati serosa (peritoneum viseral)
T4b:
Tumor melewati dinding kolon dan melekat ke jaringan atau organ terdekat.
Nx:
Tidak ada deksripsi dari kelenjar getah bening
N0:
Tidak ada penyebaran tumor ke KGB sekitar
N1a:
Terdapat penyebaran kanker ke 1 KGB terdekat
N1b:
Terdapat penyebaran kanker ke 2-3 KGB terdekat
N1c:
Ditemukan deposit kanker pada area lemak dari KGB terdekat namun tidak mengenai
KGB itu sendiri.
N2:
Terdapat penyebaran kanker ke 4
KGB terdekat
N2a: Terdapat penyebaran kanker
ke 4-6 atau lebih KGB terdekat
N2b : Terdapat penyebaran kanker ke 7 atau lebih KGB terdekat
M0:
Tidak ada metastatis
M1a:
Kanker telah menyebar ke satu organ yang jauh atau mengenai KGB yang jauh.
M1b:
Kanker telah menyebar ke lebih dari satu organ yang jauh atau daerah KGB yang
jauh atau telah menyebar ke peritoneum.
Stage
0 Tis N0 M0
Stage
I T1-2 N0 M0
Stage
IIA T3 N0 M0
Stage
IIB T4a N0 M0
Stage
IIC T4b N0 M0
Stage
IIIA AnyT N1 M0
Stage
IIIB AnyT N2 M0
Stage
IVA AnyT AnyN M1a
Stage
IVB AnyT AnyN M1b.
Tatalaksana
Karsinoma
Tujuan objektif dari terapi
karsinoma kolon adalah menghilangkan tumor primer dengan supply
lymphovaskularnya karena sistem limpa dari kolon mengandung supply arteri
utama. Panjang usus yang direseksi bergantung pada pembuluh darah yang
mensuplai segmen yang terkena kanker. Organ atau jaringan terdekat seperti
omentum yang telah terinvasi harus ikut direseksi. Jika seluruh tumor tidak
dapat dihilangkan, pertimbangkan prosedur paliatif. Adaya riwayat kanker kolon
pada keluarga menunjukan bahwa seluruh kolon berisiko terkena karsinoma dan
perlu dilakukan total atau subtotal kolektomi.2
STAGE-SPECIFIC THERAPY
Stage 0 (Tis, N0, M0)
Polip yang mengandung carcinoma
in situ (high-grade dysplasia) tidak memiliki risiko metastatis ke KGB sekitar.
Oleh karena itu polip harus dieksisi
secara komplit. Selanjutnya dilakukan kolonoskopi rutin untuk melihat
kekambuhan.3
Stage I: the Malignant Polyp (T1,
N0, M0)
Penangan dari polip maligna
berdasarkan risiko rekurensi dan risiko metastatis ke KGB sekitar. Pada polip
yang tidak terdapat invasi limphovaskular dapat direseksi komplit dengan
endoskopi. Namun, pada polip dengan ivasi limpovaskular, dengan diferensiasi
yang buruk, berisiko mengalami kekambuhan dan penyebaran. Oleh karena itu
diindikasikan kolektomi segmental.3
Stages I and II: Localized Colon
Carcinoma (T1-3, N0, M0)
Mayoritas pasien dengan stage I
dan II dapat disembuhkan dengan reseksi bedah. Beberapa pasien dengan stage I
dapat mengalami kekambuhan. 46%
dari pasien yang menjalani reseksi total stage II meninggal karena kanker.
Oleh sebab itu, dibutuhkan adjuvan kemoterapi untuk pasien tertentu di stage
II.3
Stage III: Lymph Node Metastasis
(Tany, N1-2,
M0)
Pasien dengan keterlibatan KGB
berisiko mengalami kekambuhan lokal ataupun jauh. Adjuvan kemoterapi
direkomendasikan secara rutin pada pasien ini, seperti 5-Fluorouracil–based
regimens, capecitabine, irinotecan, oxaliplatin, dan angiogenesis inhibitors.3
Stage IV: Distant Metastasis
(Tany, Nany, M1)
Pasien stage IV tidak dapat
disembuhkan secara bedah olehkarena itu berfokus pada paliatif. Banyak dari
pasien membutuhkan reseksi kolon karena gejala yang tibul seperti perdarahan
atau obstruksi. Beberapa pasien berespon terhadap kemoterapi tetapi jarang
sembuh.3
Kemoterapi4
Indikasi pemberian kemoterapi
untuk mencegah kekambuhan dengan kriteria:
·
Derajat kegansan 3-4
·
Invasi tumor ke limfatik dan pembuluh darah
·
Adanya obstruksi usus
·
Kelenjar yang diperiksa kurang dari 12 buah
·
Stadium T4,N0,M0 atau
·
T3 dengan perforasi terlokalisir
·
Tepi sayatan dengan positif untuk tumor
·
Tepi sayatan dengan penentuan batas yang teralu dekat
dengan tumor atau sulit ditentukan
Follow-up5
Follow-up pada dua tahun pertama pasca pembedahan
sangatlah penting mengingat pada waktu ini dapat terjadi rekurensi hingga 90%.
Deteksi dengan kolonskopi sangat direkomendasikan setahun setelah reseksi dan
kemudian setiap tiga sampai setiap lima tahun. Selain itu, kadar CEA juga harus
dinilai pada satu tahun pertama dan peningkatan kadar ini harus diirngi dengan
pemeriksaan CT scan, X-Ray, dan PET scan untuk mendeteksi tingkat kekambuhan.
0 komentar:
Post a Comment