Rehabilitasi pendengaran
Rehabilitasi pendengaran adalah
suatu prosedur yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
bagi orang yang mengalami gangguan pendengaran. Oleh
karena itu, alat bantu dengar yang biasa dipakai untuk mengatasi
gangguan komunikasi tersebut meliputi 3 prinsip yaitu amplifikasi, auditory training, dan oral communication methods.
Alat bantu dengar memiliki bermacam bentuk, seperti ada yang ditaruh di kanal telinga, di belakang telinga, dan pada telinga. Masing-masing alat bantu dengar ini memiliki tiga komponen utama yaitu microphone,amplifier dan receiver. Pada microphone fungsinya untuk menangkap suara dari lingkungan dan mengubah sinyal akustik menjadi sinyal
elektrik yang dihubungkan dengan amplifier. Amplifier berfungsi untuk meningkatkan amplitudo sinyal listrik dan mengirimkan ke receiver. Receiver berfungsi untuk mengubah sinyal elektrik yang telah teramplifikasi menjadi sinyal akustik dan mengirimkannya ke liang telinga.
Selain alat bantu dengar yang dipasang di luar, juga ada alat bantu dengar yang dipasang di telinga dalam (cochlear implant bagian
elektrodanya) untuk gangguan pendengaran yang tidak mampu menggunakan
amplifikasi konvensional seperti pada kehilangan fungsi sel rambut
.Tetapi tidak semua komponennya ditaruh di telinga dalam, ada yang di
luar yaitu sirkuit elektroniknya yang ditanam di tulang temporal.
Hal ini penting karena pada
gangguan ini sebagaimana gangguan penglihatan juga maka akan terjadi
gangguan motorik, sensorik, kognitif, intepersonal dan intrapersonal. Adapun
pada rehabilitasi pendengaran anak yang utama ialah identifikasi awal
gangguan dan prevensi gangguan. Semakin cepat diidentifikasi, maka
latihan komunikasi bisa segera dimulai setelah kita sebelumnya
menyingkirkan gangguan anatomi (misal membran timpani rusak, tidak akan
berguna walau dilatih terus-menerus, perbaiki dulu kelainan
anatominya).
Hal ini penting karena kita perlu mengetahui metode komunikasi apa yang paling tepat dalam mengefektifkan training yang
akan dilakukan. Faktor-faktor yang terkait seperti kemampuan
pendengaran yang tersisa, kemampuan kognitif dan bahasa. Apabila telah
menggunakan alat bantu dengar, maka perlu diajarkan untuk memaksimalkan
kemampuan pendengaran yang tersisa. Pendekatan yang digunakan ada 2
jenis yaitu pendekatan oral untuk membantu dan mengembangkan kemampuan
oral anak serta pendekatan manual yaitu untuk membantu dan mengembangkan
kemampuan bahasa dengan menggunakan sensori yang masih ada (biasa
diajarkan dengan menggunakan bahasa isyarat), yang kemudian kedua
pendekatan itu digabungkan menjadi pendekatan komunikasi total dalam
memaksimalkan kemampuan bahasa dan berbicara.
Ada juga pendekatan Carhart dalam auditory training :
- mampu menyadari adanya suara (dokter mampu membuat anak dapat menyadari adanya suara, memahami bahwa suara itu mempunyai arti)
- diskriminasi suara yang umum/general (mengajari bahwa sumber bunyi berbeda menghasilkan suara yang berbeda, membedakan suara yang sangat berbeda seperti klakson mobil dan bel pintu, dapat membedakan suara intensitas tinggi dan rendah, nada tinggi, nada rendah, durasi suara)
- diskriminasi yang lebih spesifik pada suara yang simpel (anak telah siap mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dari 2 langkah sebelumnya, biasa dimulai dengan dokter mengajarkan huruf-huruf alfabet aiueo, dan kalimat-kalimat simpel sapaan seperti ‘selamat pagi’, ‘apa kabar’)
- diskriminasi secara lebih halus dan jauh lebih spesifik .
0 komentar:
Post a Comment