Diabetes,Hipertensi,dan Gangguan pendengaran
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dan berpotensi
menimbulkan angiopati dan neuropati. Neuropati atau kerusakan saraf ini,
dapat mengenai saraf manapun, termasuk telinga. Bila neuropati ini
terjadi di telinga maka akan menyebabkan penurunan pendengaran dengan ciri-ciri progresif lambat, bilateral simetrik, berjenis sensorineural
terutama frekuensi tinggi. Hubungan hipertensi dan gangguan pendengaran
masih dalam penelitian. DM dan hipertensi mempunyai efek sinergis dalam
menimbulkan penurunan pendengaran sensorineural. Sebenarnya hubungan
antara diabetes tipe dua dan penurunan pendengaran telah diketahui
bertahun-tahun. Oleh karena itu, para penderita diabetes diharapkan melakukan tes pendengaran secara teratur.1
Penurunan pendengaran sensorineural disebabkan oleh
gangguan atau lesi pada telinga bagian dalam dan atau N.VIII. Sesuai
dengan lokasi lesi, penurunan pendengaran sensorineural dibedakan
menjadi tipe koklear dan retrokoklear. Apabila lesi ditemukan
pada organ korti, maka disebut penurunan pendengaran sensorineural tipe
koklear, sedangkan apabila lesi terletak pada nervus koklearis (N.VIII),
maka disebut penurunan pendengaran sensorineural tipe
retrokoklear.1 Gangguan pendengaran tipe campuran juga dapat ditemukan
pada penderita DM yaitu apabila ada kelainan pada telinga tengah atau
telinga luar.1
Insiden gangguan pendengaran pada DM dan hipertensi sangat bervariasi.
Tahun 1962 ditemukan 45% kasus gangguan pendengaran pada penderita DM.
Pada tahun 1975 dilaporkan 55% penderita diabetes dengan neuropati
perifer memiliki gangguan pendengaran sensorik. Pada penelitian tahun
1988 menunjukan terdapat perbedaan signifikan gangguan pendengaran pada
kelompok hipertensi dibandingkan yang tidak. Selain itu ditemukan
insidens tinitus lebih tinggi pada kelompok hipertensi. Sementara itu
penelitian pada tahun 1975 memperlihatkan hubungan sejumlah faktor
resiko kardiovaskular termasuk tekanan darah, dan mendapatkan hubungan
yang tidak signifikan dengan gangguan pendengaran.1
Patofisiologi DM & Gangguan Pendengaran
Teori mekanisme terjadinya gangguan pendengaran pada penderita diabetes
mellitus adalah mikroangiopati, neuropati, atau kombinasi keduanya. 1,5
Proses kejadian mikroangiopati diabetika adalah:
- Penebalan membrana basalis pembuluh darah kapiler yang mengakibatkan penyempitan lumen kapiler
- Perubahan hemodinamik dari organ yang bersangkutan
- Perubahan viskositas darah dan fungsi trombosit
Mikroangiopati juga dialami pembuluh darah di telinga dalam.
Mikroangiopati pada labirin terutama mengenai stria vaskularis, arteri
auditiva interna, dan pembuluh darah pada modiolus. Arteri-arteri ini
merupaka end artery yang tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis.
Akibat dari mikroangiopati organ korti akan terjadi atrofi dan
berkurangnya sel rambut. Sedangkan neuropati terjadi akibat
mikroangiopati pada vasa nervosum nervus VIII dan vasa pada ligamentum
spirale yang berakibat atrofi ganglion spirale dan demielinisasi serabut
saraf VIII. Pada sumber lain dikatakan, sel-sel rambut mengalami atrofi
akibat akumulasi bahan-bahan toksik hasil metabolisme pada endolimfe
akibat terganggunya absorpsi oleh pembuluh darah sekitar sakus
endolimfatikus. 1,2
Hubungan antara diabetes dan ketulian salah satunya adalah neuropati
atau kerusakan saraf, yang merupakan komplikasi umum yang dialami
penderita diabetes. Tingginya kadar gula darah dapat menyebabkan
perubahan kimiawi pada nervus tubuh yang dapat merusak kemampuan untuk
mentransmisikan sinyal. Ketika kerusakan saraf ini terjadi pada sistem
persarafan telinga, seseorang dapat mengalami masalah pendengaran dan
pemahaman dalam bicara.1,4
Gangguan pendengaran pada DM terutama terjadi pada frekuensi tinggi. Hal
ini berkaitan dengan kurangnya glikogen jaringan sebagai sumber energi
pada penderita DM. Proses transduksi pada organ korti membutuhkan energi
(ATP) yang bersumber dari glikogen.1,4
Patofisiologi Hipertensi & Gangguan Pendengaran
Adanya hipertensi akan mengakibatkan iskemia yang disebabkan spasme
pembuluh darah atau karena proses arteriosklerosis sehingga lumen dari
pembuluh darah menjadi sempit, dan otot dari lapisan media menjadi
atrofi. Penyempitan lumen pembuluh darah ini menyebabkan penurunan
perfusi jaringan dan penurunan kemampuan sel otot untuk beraktivitas,
selanjutnya akan terjadi hipoksia jaringan yang menyebabkan kerusakan
sel-sel rambut. Mekanisme inilah yang dianggap sebagai penyebab gangguan
pendengaran sensorik pada hipertensi. Pada penelitian binatang
dibuktikan terdapat peninggian rata-rata kehilangan sel rambut koklea
pada tikus diabetik hipertensi jika dibandingkan dnegan tikus diabetik
normotensi dan tikus non diabetik normotensi.1,3
Gangguan Vaskular & Tinitus
Tinitus dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler di telinga tengah,
seperti tumor karotis, maka aliran darah akan mengakibatkan tinitus
juga. Pada hipertensi endolimfatik seperti pada penyakit meniere dapat
terjadi tinitus pada nada rendah atau tinggi sehingga terdengar
bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai dengan tuli
sensorineural dan vertigo. Gangguan vaskuler koklea terminal yang
terjadi pada pasien yang stres akibat gangguan keseimbangan endokrin,
seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil, dapat
timbul tinitus dan gangguan tersebut akan hilang bila keadaanya normal
kembali. 2
Tinitus yang disebabkan gangguan vaskular biasanya bersifat tinitus yang
pulsatil. Akan didengar bunyi yang simetris dengan denyut nadi dan
detak jantung. Kelainan vaskular yang dapat menyebabkan tinitus
diantaranya:2,3
a. Atherosklerosis
Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-bentuk
deposit lemak lainnya, pembuluh darah mayor ke telinga tengah
kehilangan sebagian elastisitasnya. Hal ini mengakibatkan aliran darah
menjadi semakin sulit dan kadang-kadang mengalami turbulensi sehingga
memudahkan telinga untuk mendeteksi iramanya.
b. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada
pembuluh darah koklea terminal. Sementara keterkaitan antara hipertensi
dengan gangguan pendengaran dan tinnitus juga terkait dengan
vaskularisasi koklea. Pada hipertensi kronik dapat terjadi trombosis,
emboli, vasospasme, yang tentunya dapat terjadi dengan adanya faktor
lipid yang kurang baik pula. Reduksi dari oksigenasi pada koklea sangat
berpengaruh pada hambatan vaskularisasi ini. Akibat adanya hambatan pada
vaskularisasi koklea ini, dapat terjadi iskemia koklea yang pada
akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya kehilangan pendengaran tuli
sensorineural dan tinnitus.5
c. Malformasi kapiler
Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi arteri dan vena dapat menimbulkan tinitus.
d. Tumor pembuluh darah
Kelainan Metabolik dan Tinitus1
Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti keadaan
hipertiroid dan anemia (keadaan dimana viskositas darah sangat rendah)
dapat meningkatkan aliran darah dan terjadi turbulensi sehingga
memudahkan telinga untuk mendeteksi irama, atau yang kita kenal dengan
tinitus pulsatil. Kelainan metabolik lainnya yang bisa menyebabkan
tinitus adalah defisiensi vitamin B12, begitu juga dengan kehamilan dan
keadaan hiperlipidemia.
Diabetes dan Tinitus
Telinga bagian dalam, seperti halnya otak, tidak memiliki energi
cadangan. Metabolismenya bergantung secara langsung dari suplai oksigen
dan glukosa yang berasal dari perdarahan. Oleh karena itu, gangguan
metabolisme glukosa berpotensi tinggi menyebabkan gangguan kerja pada
telinga bagian dalam. Pada penelitian menunjukan bahwa 84 hingga 92 % penderita tinnitus memiliki kelainan metabolik yang disebut hiperinsulin. Tinitus yang disebabkan oleh diabetes dapat dijaga dengan mempertahankan kadar glukosa.
Gangguan Vaskular dan Vertigo
Sistem vestibuler sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi O2
dalam darah, oleh karena itu perubahan aliran darah yang mendadak dapat
menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan timbul bila hanya ada perubahan
konsentrasi O2 saja, tetapi harus ada faktor lain yang menyertainya,
misalnya sklerosis pada salah satu auditiva interna, atau salah satu
arteri tersebut terjepit. Dengan demikian bila ada perubahan konsentrasi
O2, hanya satu sisi saja yang mengadakan penyesuaian, akibatnya
terdapat perbedaan elektro potensial antara vestibuler kanan dan kiri
akibatnya akan terjadi serangan vertigo. Perubahan konsentrasi O2 dapat
terjadi misalnya pada hipertensi, hipotensi, spondiloartrosis servikal.
Pada kelainan vasomotor mekanisme terjadinya vertigo disebabkan oleh
karena perbedaan perilaku antara arteri auditiva interna kanan dan kiri,
sehingga menimbulkan perbedaaan potensial antara vestibuler kanan dan
kiri.
0 komentar:
Post a Comment