PRESBIKUSIS (hubungan DM,Hipertensi,Gangguan Keseimbangan & Pendengaran)


 Hubungan Antara DM, Hipertensi, dan Usia Tua
Pada Gangguan Pendengaran dan Keseimbangan
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit dimana kadar glukosa serum tinggi terkait defisiensi insulin relative maupun absolute. Diabetes mellitus sampai sekarang merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan manajemen pengobatannya difokuskan pada pencegahan terjadinya komplikasi kronik.1


Penebalan membran basal pada endotel vaskuler merupakan salah satu kelainan yang paling sering pada DM yang dikenal juga dengan diabetic microangiopathy. Selain itu juga ditemukan kelainan saraf sensoris dengan karakteristik berupa kerusakan pada sel schwann dan akson serta degenerasi myelin.2,3 
Angiopathy bisa terjadi secara langsung terkait fungsi pendengaran berupa hambatan suplai pembuluh darah koklea dan mengurangi transpor nutrien terkait penebalan dinding kapiler darah sehingga menyebabkan iskemia koklea yang mengakibatkan degenerasi luas pada sel-sel ganglion stria vaskularis dan ligamen spiralis serta secara tidak langsung berupa degenerasi nervus kranial 8 terkait kekurangan pasokan darah yang terjadi.4,5
Melalui serangkaian penelitian lain juga ditemukan terjadinya patologi berupa penebalan dinding kapiler stria vaskularis dan mediolus hingga 10 sampai 20 kali pada penderita DM. Dengan penebalan dinding kapiler ini, maka secara otomatis akan terjadi pengurangan ukuran lumen pembuluh darah yang tentu saja akan mempengaruhi arteri internal auditory. Degenerasi saraf juga berperan dalam terjadinya proses gangguan pendengaran. Terjadi atrofi ganglion spiralis dan penurunan jumlah serat saraf pada lamina spiralis. Oleh karena itu, hasil dari penelitian tersebut ialah ditemukannya hubungan antara gangguan pendengaran yaitu berupa hilangnya pendengaran (tuli sensorineural) dengan DM.3 Berdasarkan data tadi, didapatkan pula bahwa 80% dari penderita tuli sensorineural menderita tinnitus terkait rusaknya sel saraf maupun sel rambut. Sementara keterkaitan antara hipertensi dengan gangguan pendengaran dan tinnitus juga terkait dengan vaskularisasi koklea. Pada hipertensi kronik dapat terjadi trombosis, emboli, vasospasme, yang tentunya dapat terjadi dengan adanya faktor lipid yang kurang baik pula. Reduksi dari oksigenasi pada koklea sangat berpengaruh pada hambatan vaskularisasi ini. Akibat adanya hambatan pada vaskularisasi koklea ini, dapat terjadi iskemia koklea yang pada akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya kehilangan pendengaran tuli sensorineural dan tinnitus.6 
Pada gangguan keseimbangan, sebagaimana organ lainnya, sistem vestibuler sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi oksigen dalam darah, oleh karena itu perubahan aliran darah yang mendadak biasanya akibat sumbatan dapat menimbulkan vertigo. Sklerosis seringkali terjadi pada salah satu cabang dari arteri auditiva interna terkait DM dan hipertensi. Dengan demikian bila ada perubahan konsentrasi oksigen, maka hanya satu sisi saja yang mengadakan penyesuaian, akibatnya terdapat perbedaan elektropotensial antara vestibuler kanan dan kiri. Akibatnya akan terjadi serangan vertigo5.
Pada hilangnya pendengaran dan gangguan keseimbangan terkait DM dan hipertensi ini, tatalaksana yang biasanya diberikan ialah pemberian kortikosteroid, vasodilator (papaverine, procaine, niacin, dan carbogen).
Adapun pada usia tua, kehilangan pendengaran paling sering akibat proses degenerasi. Kelainan ini disebut presbikusis yaitu tuli sensorineural yang umumnya terjadi mulai usia 65 tahun. Degenerasi ini diduga mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makan, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup, atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran secara berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh-pengaruh faktor tersebut di atas. Progresifitas penurunan pendengaran dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan perempuan.5
Patologi dari kelainan ini yaitu proses degenerasi yang menyebabkan perubahan struktur koklea dan N. VIII. Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan degenerasi sel-sel pada organ korti. Proses atrofi disertai dengan perubahan vaskuler juga terjadi pada stria vaskularis. Selain itu terdapat perubahan, berupa berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf. Hal yang sama terjadi juga pada myelin akson saraf. 
Berdasarkan perubahan patologik yang terjadi, Schuknecht dkk menggolongkan presbikusis menjadi 4 jenis yaitu, (1) sensorik, (2) neural, (3) metabolik, dan (4) mekanik. 
Gejala klinis utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga. Keluhan lainnya adalah telinga berdenging. Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya terutama bila diucapkan di tempat dengan latar belakang yang bising (cocktail party deafness). Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga, akibat faktor kelelahan saraf (recruitment) Pada pemeriksaan otoskopik, tampak membran timpani suram. Pada tes penala didapatkan tuli sensorineural. Pemeriksaan audiometri nada murni menunjukkan suatu tuli saraf nada tinggi, bilateral, dan simetris.
Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu dengan pemasangan alat bantu dengar dan dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran serta latihan mendengar. 
Selain tuli sensorineural akibat degenerasi, dapat pula terjadi tuli konduktif terkait degenerasi, hanya saja prevalensinya sangat sedikit. Pada tuli konduktif degenerasi, bagian telinga luar dan tengah dapat terjadi perubahan berupa, (1) berkurangnya elastisitas dan bertambah besarnya ukuran pinna daun telinga, (2) atrofi dan bertambah kakunya liang telinga, (3 ) penumpukan serumen, (4) membran timpani bertambah tebal dan kaku, (5) kekakuan sendi tulang-tulang pendengaran.
Pada usia lanjut kelenjar-kelenjar serumen mengalami atrofi, sehingga produksi kelenjar serumen berkurang dan menyebaban serumen menjadi lebih kering, sehingga sering terjadi tumpukan serumen yang akan mengakibatkan tuli konduktif. Membran timpani yang bertambah tebal dan kaku juga akan menyebabkan gangguan konduksi, demikian pula halnya dengan kekakuan yang terjadi pada persendian tulang-tulang pendengaran. 

0 komentar:

Post a Comment