FARMAKOLOGI OBAT JANTUNG
Obat Gagal Jantung
Merupakan sindroma klinis yang kompleks, akibat kelainan structural dan
fungsional jantung. Ditandai dengan menurunnya kemampuan jantung untuk
menyuplai aliran darah yang cukup sesuai kebutuhan tubuh.
Tujuan pengobatan:
1. Fase akut (serangan mendadak atas gejala-gejala diatas)
tujuannya adalah untuk mengurangi gejala-gejala tersebut. Sebelumnya
harus ingat : Gejala muncul karena ketidakmampuan jantung, jadi terapi
beban <<
a.kurangi overload cairan dengan diuretik ( kecepatan pembentukan urin
>> volume ekstraseluler << beban jantung << )
b. menurunkan resistensi perifer dengan ACE-I (Angiotensin converting
enzyme merubah angiotensin I menjadi angiotensin II, yang salah satu
efeknya adalah vasokonstriksi kuat. Bila perubahan dihambat
angiotensin II << beban jantung << ) dan dengan
vasodilator lain
c.meningkatkan kontraktilitas miokard dengan obat inotropik (efek
inotropik + : bisa >> kontraksi otot jantung)
d.melindungi miokard dengan B-blocker blok reseptor B efek simpatis
<< kerja jantung << menurunkan kebutuhan oksigen miokard
kejadian iskemi miokard <<)
2. Fase kronik, dengan ACE-I, BB, Aldosteron antagonis. Aldosteron
antagonis inhibitor kompetitif aldosteron reabsorpsi na <<
volume ekstrasel << . Pada pengobatan fase ini ditujukan untuk
prognosis, menurunkan mortalitas, dan pencegahan penurunan fungsi
jantung.
Terapi non farmakologi:
– Istirahat (gagal jantung akut)
– Olahraga ringan dan teratur (gagal jantung kronik)
– Batasi asupan garam (2-3 g/hari) dan cairan
– Hindari tempat tinggi, terlalu panas, atau lembab dan penerbangan
jarak jauh
– Berhenti merokok
Terapi farmakologi:
Gagal jantung Akut
1. Diuretik
2. ACE-inhibitor dan ARB
3. B-blocker
4. Inotropik: Digoksin dan Inotropik lain
Gagal jantung Kronik
1. ACE-inhibitor dan ARB
2. Diuretik
3. β-bloker
4. Vasodilator lain (Hidralazin + nitrat organik)
5. Inotropik: Digoksin dan inotropik lain
6. Antagonisaldosteron
Mari dibahas satu per satu!
1.Diuretik
Merupakan obat utama untuk mengatasi GJA yang selalu disertai dengan
overload cairan, yang bermanifestasi sebagai kongesti paru dan edema
perifer. DIuretik akan mengurangi volume ECF. Maka, edema akan
berkurang, sedangkan curah jantung tidak berkurang.
- Diuretik kuat (ex: furosemide) bekerja di ansa henle segmen tebal,
menghambat kotransport Na/ K/ Cl. Karena efeknya yang ‘kuat’, maka
sesuai untuk tujuan diatas, jadi merupakan obat utama untuk GJA, karena
bisa mengatasi edema. Oleh karena penggunaan diuretic tidak mengurangi
mortalitas GJ (kecuali spironolakton), maka diuretic selalu diberikan
dalam kombinasi dengan ACE-I. Bahayanya adalah bila efek diuretic
berlebihan hingga curah jantung ikut menurun memperberat gagal
jantung. Jadi diuretic kuat tidak boleh untuk GJ asimtomatik dan GJ
tanpa overload cairan!
- Golongan Tiazid (ex: HCT, indapamid), bekerja di tubulus distal dengan
menghambat reabsorpsi Na. Volume ECF <<, obat ini bisa digunakan
untuk GJK. Pada terapi GJ, Tiazid dalam kombinasi dengan diuretic kuat
karena efeknya yang agak lemah.
- Antagonis aldosteron (ex: spironolakton), bekerja ditubulus dital dan
koligens. Pada pasien GJ, kadar plasma aldosteron meningkat. ALdosteron
retensi Na dan air, serta eksresi K dan Mg. Aldosteron memacu
remodeling dan disfungsi ventrikel melalui peningkatan preload (retensi
airedema) dan efek langsung yang menyebabkan fibrosis miokard dan
proliferasi fibroblast. Karena itu antagonisasi aldosteron dapat
mengurangi risiko hipolakemia (apalagi dalam kombinasi dengan diuretic
kuat yang << K ), dan mencegah fibrosis miokard. Kata dr.
Nafrialdi, ini obat untuk berobat jalan.
2. ACE-I
Pada fase akut, merupakan obat lini kedua setelah diuretic. Pada fase
kronik: obat lini pertama. Seperti yang telah disebutkan diatas, dengan
berkurang nya Angiotensin II, maka efek vasokonstriksi <<,
sehingga menurunkan afterload (beban jantung karena masalah di ‘depan’
jantung, yaitu resistensi perifer yang meningkat). Retensi Na dan air
akan berkurang.
Efek jangka panjangnya, karena angiotensin II menurun maka cegah
remodeling (hipertrofi dan fibrosis miokard), serta karena aldosteronnya
menurun(seperti yang disebutkan diatas, juga mencegah remodelling ).
Efek lain adalah mengurangi apoptosis, karena dalam keadaan normal, bila
angiotensin II bertemu dengan reseptor AT2 nya, maka memperantarai
stimulasi apoptosis dan antiproliferasi. Namun efek samping nya adalah
batuk kering.
3. ARB (Antagonis angiotensin II)
Mirip sama ACE, soalnya intinya angiotensin II jadi tidak bisa bekerja
normal. Jadi bagus untuk pasien yang tidak toleran terhadap ACE-I. Dapat
dikombinasi dengan ACE-I untuk pasien yang masih simtomatik.
4. B-Blocker
Dulu kontraindikasi karena B-Blocker hambat simpatis otot jantung
melemah. Namun ternyata efek simpatis lain banyak yang merugikan (karena
stimulasi simpatis berkepanjangan merusak jantung), jadi efek ini jauh
kebih menguntungkan dibandingkan dengan efek inotropik negatifnya tadi.
Intinya, harus diberikan saat GJ nya sudah stabil. Selain itu, karena
efek simpatis juga mengaktifkan sistem RAA, maka renin menurun
produksinya di ginjal.
Obat yang dipakai: Carvedilol (a,b blocker), b-blocker selektif
(bisoprolol, metoprolol), bersama dengan diuretik dan ACE-inhibitor.
5. Vasodilator lain
-Hidralazin-isosorbid dinitrat , bila tidak toleran terhadap ACE-I/ARB
atau masih menimbulkan gejala walaupun setelah mendapat ACE-I, ARB, dan
antagonis aldosteron
-Nitrat iv, ex: Na nitroprusid , nitrogliserin
-Nesiritid , merupakan rekombinan Brain Natriuretic Peptide (BNP)dengan
efek: diuresis , natriuresis, dan vasodilatasi
6. Digitalis
Prototipe: Digoksin. Efek:
-Inotropik positif (digoksin menghambat pompa Na-K-ATPase, jadi
pertukaran Na dan Ca berkurang selama repolarisasi dan relaksasi,
sehingga Ca tertahan dalam sel. Bila ca banyak dalam sel, maka ca yang
tersedia untuk kontraksi meningkat, maka kekuatan kontraktilitas otot
jantung >>
-Efek kronotropik negative (mengurangi frekuensi denyut ventrikel),
mengurangi aktivitas simpatis, dan dromotropik negative (memperlambat
konduksi jantung). Digoksin meningkatkan tonus vagalaktivitas simpatis
<<. Jadi bisa menimbulkan bradikardi. Digoksin juga meningkatkan
sensitivitas jantung terhadap asetilkolin (kronotropik negative),
sedangkan sensitivitas ke NE berkurang. Digoksin juga meningkatkan AV
nodal delay. Efeknya terhadap AV inilah yang membuatnya digunakan pada
pengobatan fibrilasi atrium. Soalnya kalo atrium fibrilasi, konduksi ke
ventrikel harus dikurangi biar fibrilasi tidak terjadi pada ventrikel
juga. Jangan nular, gitu. Jadi dengan perlambatan masa refrakter di
nodus AV (khusus di nodus ini saja), frekuensi atrium >>,
sedangkan frekuensi << karena sebagian impuls tidak diteruskan
dari atrium ke ventrikel.
-Aritmogenik. Karena memperpendek masa refrakter di atrium, ventrikel
dan purkinje, sehingga mudah dirangsang kembali secara cepat
(meningkatkan automatisitas). Terjadi pada dosis besar, bisa terjadi
denyut prematur, VES, bigemini, Fibrilasi ventrikel , dan blok AV
derajad 2-3 .
Jadi, efek farmakodinamiknya:
1. Efek langsung:
– Inotropik positif
• Perbaikan kontraktilitas
• Curah jantung
• Bendungan paru ¯
è sesak napas berkurang
2. Efek tak langsung
– Tonus simpatis ¯
• Denyut jantung dan resistensi perifer ¯
à afterload ¯ à beban jantung ¯
– Perbaikan sirkulasi ginjal
• Aktivitas SRA ¯ à resistensi perifer ¯
• Aldosteron ¯ à retensi air/garam ¯ à udem ¯
• è Perbaikan fungsi jantung
INDIKASI
– Fibrilasi/flutter atrium
– Takikardi supraventrikel paroksismal
– gagal jantung dengan fibrilasi atrium
– gagal jantung dengan ritme sinus yang disertai takikardia,
Kontraindikasi
– Blokade AV
– Bradikardi
– Wolf-Parkinson-White (WPW) syndrome sindrom dimana dalam
penghantaran listrik antara atrium – ventrikel, tidak hanya diperantarai
AV node, tapi juga ada jalur tambahan lain(accessory pathway. Jalan
pintas gitu deh.. Nah kalo udah begini, percuma blok AV dibuat lama
(biar fibrilasi ga nular ke ventrikel), wong dia punya jalur lain kok..
– Sick sinus syndrome
– Takikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel
– Kardiomiopati hipertropik obstruktif
– Gagal ginjal (digoksin: perlu penyesuaian dosis)
– Hipotiroidisme
– Hipokalemia
Interaksi, farmakokinetik, sama inotropik lain liat dislide aja ya,
sayang kertasnya, soalnya bakal cuma di kopi doang.. hoho
II. Antiangina
Langsung ke pengobatannya aja ya,,, obat antiangina: Nitrat organic,
antagonis kalsium, penghambat beta adrenergic, Lain-lain: Antiplatelet,
ACE-I, Heparin, Trombolitik.
a.Nitrat organic:
Nitrat organic aktif setelah dimetabolisme, kemudian mengeluarkan NO. NO
akan membentuk kompleks nitrosoheme dnegan Guanilat siklase dan
menstimulasi enzim ini sehingga cGMP meningkat, selanjutnya cGMP akan
menyebabkan defosforilasi myosin, sehingga terjadi relaksasi otot polos.
Efek vasodilatasi NO deh..
Efek langsung
– Dilatasi arteri koroner à suplai O2
Efek tak langsung
– Venodilatasi/ dilatasi vena à preload ¯( venous pooling, darah yang
kembali ke jantung << kan)
– Arteriodilatasi à afterload ¯
– Ejection time berkurang
– kebutuhan O2 miokard ¯
Pada dosis besar:
Tekanan darah ¯ à aliran darah koroner (suplai) ¯
Reflek takikardi à kebutuhan O2 miokard , malah menyebabkan angina.
Dapat terjadi ANGINA PARADOKSAL.
Lagi-lagi, farmakokinetik, indikasi, kontraindikasi, liat di slide ya,,
sudah lengkap kok disana. Tinggal dihafalkan…
b. Antagonis Kalsium
1. Golongan dihidropiridin : Nifedipin, nicardipin, nimodipin,
felodipin, amlodipin, nitrendipin, lacidipin
2. Golongan fenilalkilamin: Verapamil
3. Golongan benzotiazepin: Diltiazem
Sesuai namanya, mekanisme kerjanya dengan menghambat masuknya kalsium ke
dalam sel. Dalam otot jantung dan otot polos vascular, Ca terutama
berperan dalam peristiwa kontraksi. Semua penghambat kanal Ca
menyebabkan relaksasi otot polos arterial (vasodilatasi), sedangkan pada
jantung membuat kontraksinya melemah (inotropik negative). Pada Nodus
SA, nodus AV: memiliki efek kronotropik dan dromotropik negatif .
Angka ini menunjukkan perbandingan kekuatan relative masing-masing obat.
1. NIFEDIPIN: Kurang mempengaruhi kinetic kanal Ca, sehingga tidak
tergantung pada frekuensi stimulasi dan tidak mempengaruhi konduksi
jantung. Lihat saja pada table, derivate dihidropiridin mempunyai efek
yang lebih kuat terhadap otot polos daripada jantung/ sistem konduksi.
– Efek langsung:
• Dilatasi koroner à suplai O2
– Efek tak langsung:
• Resistensi perifer ¯, TD ¯ à kebutuhan O2 miokard ¯
– Dapat terjadi refleks takikardi dan angina paradoksal
2. VERAPAMIL – DILTIAZEM. Verapamil memiliki efek vasodilatasi yang
kurang kuat dibanding derivate dihidropiridin. Pemberian verapamil oral
menyebabkan penurunan tekanan darah dan resistensi perifer tanpa
perubahan frekuensi denyut jantung yang berarti. Dibandingkan
verapamil, efek diltiazem kurang kuat.
– Efek langsung:
• Inotropik, kronotropik (-) à kebutuhan O2 miokard ¯
– Efek tak langsung:
• Inotropik (-) à tegangan dinding ventrikel ¯
• Kronotropik (-) à waktu pengisian arteri koroner
c. B-blocker
Sangat bermanfaat untuk mengobati angina pectoris stabil kronik.
B-blocker menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung dengan cara
menurunkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan kontraktilitas
(masih ingat kan, reseptor B diblok aktivitas simpatis << ).
Suplai oksigen meningkat karena penurunan frekuensi denyut jantung
sehingga perfusi koroner membaik saat diastole. Efek yang kurang
menguntungkan dari B-blocker adalag peningkatan volume diastolic akhir
yang meningkatkan kebutuhan oksigen. Kontraindikasi terhadap angina
varian (prinzmetal)
Efek langsung:
-Kronotropik & inotropik negatif à menurunkan kebutuhan O2 miokard
Efek tak langsung:
-Inotropi (-) à mengurangi tegangan dinding ventrikel
-Kronotropik (-) à memperpanjang waktu diastol à pegisian a. koroner
(suplai )
d. Antiplatet, antokoagulan, trombolitik.
Antiplatelet: mencegah adhesi, aktivasi, dan agregasi platelet
Antikoagulan: mencegah kaskade koagulasi darah dengan memodifikasi
factor koagulasi
Trombolitik/ firbrinolitik: menghancurkan thrombus
1.ANtiplatelet
Pada skema ini kita bisa melihat factor-faktor apa saja yang berpengaruh
dalam aktivitas platelet, termasuk tempat kerja obat.
Aspirin, merupakan inhibitor cyclooxygenase. Sebelumnya ingat dulu bahwa
asam arakidonat akan berubah menjadi tromboxan A2 dengan bantuan enzim
sikloeksigenase(COX). Bila dihambat (COX1)TxA2 menurun. Sementara TxA2
merupakan activator platelet. Diberikan secara segera pada sindrom
koroner akut.
Selain TxA2 dihambat, PGE2, PGF2 dan PGD2 juga dihambat. Padahal PG
bersifat ‘housekeeping’ pada mukosa lambung, sehingga dapat terjadi
iritasi lambung.
*oiya, masih ada beberapa antiplatelet lain di slide,, silakan diliat
saja ya… Langsung ke antikoagulan!
2.Antikoagulan
-Heparin. Efek antikoagulannya timbul karena berikatan dengan
antitrombin III. AT-III sendiri berfungsi menghambat protease factor
pembekuan, termasuk factor pembekuan IIa (thrombin), Xa, dan IXa, dengan
cara membentuk kompleks yang stabil dengan protease factor pembekuan.
Heparin yang terikat dengan AT-III mempercepat pembentukan kompleks
tersebut sampai 1000 kali. Jenis:
– Unfractionated heparine (UFH)
– Low molecular weight heparine (LMWH): Fraxiparine, nadroparine,
enoxaparine, dalteparine
– Synthetic pentasaccharide: Fondaparinux hanya menghambat factor Xa
saja
Lihat,,,, dengan terbentuk nya kompleks AT + heparin + factor pembekuan
(thrombin, XA. Atau factor lain), factor-faktor itu akan terinaktivasi.
*ada sedikit kinetic, efek samping, sama kontraindikasi, liat di slide
lagi ya.. *hoho maap,, tinggal sebut doang soalnyaaa
-Oral antikoagulan (warfarin, dicumarol). Merupakan antagonis vitamin K.
Vitamin K dalah factor yang berperan dalam aktivasi factor pembekuan
darah II, VII, IX, X yaitu dengan mengubah residu asam glutamate
menjadi residu asam gama-karboksiglutamat. Untuk berfungsi, vitamin K
mengalami siklus oksidasi dan reduksi di hati. Antikoagulan oral
mencegah reduksi vitamin K teroksidasi sehingga aktivasi factor-faktor
pembekuan darah terganggu/ tidak terjadi. Aksinya berlangsung lambat,
diberikan oral (yaiyalah, namanya antokoagulan oral), dan butuh monitor
level normal protrombin time. Toksisitas:
• Warfarin melewati barier placental à perdarahan dan malformasi fetus à
kontraindikasi selama kehamilan
• Jarang : nekrosis kutan, infark payudara, jaringan lemak, usus dan
ekstremitas.
• Interaksi dengan obat lain (NSAID, vit K, barbiturates, rifampicin,
diuretic, steroids, sulpha, amiodarone, …) and makanan
3.Trombolitik/ fibrinolitik
Melarutkan thrombus yang sudah terbentuk. Yang termasuk obat ini
streptokinase, urokinase, dll. INdikasi nya untuk reperfusi pada STEMI
yang onsetnya sangat baru (6-8 jam).
Side effects:
– Hemorrhage
– Hypotension (Streptokinase)
– Allergic reaction (Streptokinase)
Contraindications
– Active bleeding
– Any previous history of hemorrhagic stroke
– Non hemor. Stroke within 1 year
– Internal bleeding within 6 mo.
– Hypertension (>180/110)
– Major surgery, trauma
– Pregnancy
e. Antiaritmia
Klasifikasi obat:
*dibawah ini keterangan tentang karakteristik masing-masing obat
perjenisnyaga dibuat,, lihatnya dislide aja, udah jelas poin-poinnya…
I.Obat kelas IA: Kuinidin, prokainamid, dan disopiramid
Obat antiaritmia kelas IA menghambat arus masuk ion Na, menekan
depolarisasi fase O (fase depolarisasi cepat serabut purkinje) , maka
memperlambat kecepatan konduksi serabut purkinje miokard ke tingkat
sedang pada nilai Vmax istirahat normal. Efek hambatan kanal Na+:
– Depresi fase 0 à otomatisitas nodus SA ¯, konduktivitas ¯
– Meninggikan ambang rangsang A, V & Purkinje
– Meninggikan ambang rangsang fibrilasi A & V
– Mencegah Triggered activity
– Memperpanjang repolarisasi à masa potensial aksi
– Mencegah aritmia reentry dengan menimbulkan hambatan dua arah pada jaringan yang rusak
Dosis besar dapat meningkatkan otomatisitas, karena:
– Efek antikolinergik (atropin-like action)
– Efek alfa bloker (kuinidin) à vasodilatasi à reflek takikardi
Indikasi:
– Paroxismal supraventricular tachycardia (PSVT)
– Fibrilasi dan fluter atrium
– takikardi ventrikuler
II. Obat kelas IB, (Lidokain, Fenitoin, Meksiletin, Tokainid)
Kelas obat ini sedikit sekali mengubah depolarisasi fase ) dan
kecepatan konduksi serabut purkinje bila nilai Vm normal. Berlawanan
dengan obat kelas IA, obat kelas IB mempercepat repolarisasi membran.
III. Obat kelas IC (Flekainid, Enkainid, Indekainid, Propafenon)
Berafinitas tinggi terhadap kanal Na di sarkolema. Merupakan
antiaritmia yang paling poten dalam meperlambat konduksi dan menekan
arus masuk Na ke dalam sel dan kompleks premature ventrikel spontan.
Paling kuat menekan fase 0
– Kemiringan dan amplitudo fase 0 berkurang
– Kecepatan konduksi berkurang
Efek lemah terhadap repolarisasi, dan memperpanjang masa refrakter nodus AV. Kinetik:
– Absorpsi per oral sempurna
– Metabolisme di hati
– Ekskresi di urin
Indikasi: Aritmia ventrikel, PSVT, fibrilasi atrium
*trus aritmia kelas II, III, IV liat di slide aja ya,, udah lengkap kok disana.. huhu..
F. obat hipolipidemik
Merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan kadar lipid plasma.
Pengobatan hiperkolesterolemia terutama ditujukan bagi pasien dengan
riwayat aterosklerosis premature dalam keluarga dan dengan adanya factor
risiko lain seperti DM, hipertensi dan merokok. Obat hipolipidemik:
• Golongan asam fibrat
• Asam nikotinat
• Resin pengikat asam empedu
• Penghambat absorpsi sterol
• Penghambat HMG CoA reduktase
1. Asam fibrat. Diduga bekerja dnegan cara berikatan dengan reseptor
peroxisome proliferator-acctivated receptors (PPARs), yang mengatur
transkripsi gen. Akibat interaksi obat ini dengan PPAR isotope a
(PPARa), maka terjadilah peningkatan oksidasi asam lemak, sintesis LPL,
dan penurunan ekspresi apo C-III. Peninggian kadar LPL meningkatkan
klirens lipoprotein yang kaya trigliserida. Penurunan produksi Apo C-III
hati akan menurunkan VLDL. HDL meningkat secara moderat karena
peningkatan ekspresi Apo A-I dan Apo A-II. *efek samping, kinetic,
indikasi, kontraindikasi, interaksi, sediaan, ada poin-poin dislide..
2. Asam nikotinat. Merupakan salah satu vitamin B kompleks. Pada
jaringan lemak, asam nikotinat menghambat hidrolisis trigliserida oleh
hormone sensitive lipase, sehingga mengurangi transport asam lemak bebas
ke hati dan mengurangi sintesis trigliserida hati. Penurunan sintesis
trigliderida ini akan menyebabkan berkurangnya produksi VLDL sehingga
kadar LDL menurun. Selain itu asam nikotinat juga meningkatkan aktivitas
LPL yang akan menurunkan kadar kilomikron dan trigliserida VLDL. Kadar
HDL meningkat sedikit sampai sedang karena menurunnya katabolisme Apo
AI. Asam nikotinat merupakan hipolipidemikm paling efektif dalam
meningkatkan HDL.
3. Resin pengikat asam empedu. Menurunkan kadar kolesterol dengan
mengikat asam empedu saluran cerna, menggangu sirkulasi enterohepatik
sehingga eksresi steroid yang bersifat asam dalam tinja meningkat. Obat
ini tidak diabsorpsi.
4. Penghambat HMG-CoA reductase, Simvastatin, lovastatin, pravastatin,
fluvastatin, mevastatin, cerivastatin, atorvastatin, rosuvastatin
Dengan menghambat HMG-CoA reduktase, sintesis kolesterol dihati menurun.
Faktor-faktor transkripsi kemudian akab berikatan dengan gen reseptor
LDL, sehingga terjadi peningkatan sintesis reseptor LDL. Peningkatan
jumlah reseptor LDL pada membran akan menurunkan kadar kolesterol darah
lebih besar lagi. Selain LDL, VLDL dan IDL juga menurun, sedangkan HDL
meningkat. Namun tidak efektif untuk hiperkolesterolemia homoIgot (tipe
IIA) karena tidak punya reseptor LDL.
Indikasi:
– Hiperkolesterolemia heterozigot
– Hiperlipidemia tipe III, IV dan V
– Infark miokard (tanpa memandang kadar lipid)
Kinetik
– Absorpsi oral bervariasi (40-70%)
– (fluvastatin: absorpsi komplit)
– Mengalami first pass metabolism
– Ekskresi bersama empedu à feses
Efek samping: relatif ringan dan jarang
– Gangguan saluran cerna
– Peningkatan transaminase serum
– Mialgia sampai rabdomiolisis
– Penurunan libido
*ada enzim pemetabolisme sampai dosis di slide
Interaksi
– Risiko rabdomiolisis meningkat bila digunakan bersama asam fibrat, niasin, siklosporin
Kontraindikasi
– Kehamilan
– Gangguan fungsi liver berat
0 komentar:
Post a Comment