Jangan Sembaran Mencubit Pipi Bayi!
Meski dilakukan sebagai ekspresi sayang, sikap gemas orang dewasa yang diwujudkan dengan mencubit pipi
atau mengelitiki pinggang si kecil, dapat membuat dirinya merasa tak nyaman.
Apalagi jika yang melakukan adalah orang yang tak dikenal. Respons anak pun
berbeda-beda. Ada yang tertawa "terpaksa" akibat kegelian, ada juga
yang melengos tanpa basa-basi. Anak yang dikelitiki tanpa berhenti, meski
tertawa-tawa, bisa saja mengalami kesulitan menarik nafas.
Jika orang dewasa kerap mencium, memeluk, mencubit, atau
menggelitiki anak, wajar saja kalau anak yang menjadi "korban" sampai
menyimpulkan bahwa ciuman atau pelukan tidak lagi menjadi hal yang
menyenangkan. Hal itu dianggap bukan wujud rasa sayang, dan tidak memberikan
rasa aman. Padahal, orang yang melakukan itu tak bermaksud menyakiti.
Belajar dari pengalaman buruk tersebut, terang saja jika si
kecil jadi enggan dicium dan dipeluk oleh kedua orangtuanya. Membuatnya kembali
percaya bahwa pelukan dan ciuman merupakan ekspresi kasih sayang bisa makan
waktu lama jjika anak terlanjur trauma.
Jadi takut
Trauma akibat "disakiti" membuat anak ketakutan,
apalagi jika bertemu kembali dengan orang yang menyakitinya. Boleh jadi, ketika
bertemu kembali, ia menunjukkan reaksi tegang dengan memegang erat ibu atau
ayahnya, menyembunyikan wajah, tampak gelisah, bahkan akhirnya menangis.
Ekspresi itu menunjukkan ia merasa tidak aman dan nyaman. Terhadap orang asing
yang mencoba bersikap akrab, tentunya ia akan jaga jarak dulu dan bersiap-siap
kalau-kalau ia diperlakukan sama seperti pengalaman sebelumnya. Padahal, orang
tersebut mungkin tidak berniat untuk mencubit pipi, menggelitiki, memeluk, atau
menciumnya, tetapi hanya ingin tahu nama dan menyapa, misalnya.
Faktor emosi si batita pun bisa menjadi tidak stabil karena
suasana nyaman yang awalnya terbangun, terpecahkan oleh "perilaku"
orang lain yang secara tak sadar justru membuatnya tak nyaman. Ujung-ujungnya
hal ini bisa mengganggu kemauannya untuk bereksplorasi, berinteraksi sosial,
bermain, mengembangkan kreativitas, dan sebagainya.
Pada tahap selanjutnya ia menjadi kurang percaya diri, tidak
percaya pada lingkungan, mood-nya sering berubah menjadi negatif karena muncul
rasa benci, kesal, marah, akibat diperlakukan tidak menyenangkan.
Nah, masalah lainnya, orangtua terkadang seolah mendukung apa
yang dilakukan orang lain tersebut terhadap diri si kecil. Padahal sebenarnya
anak ingin berlindung pada orangtua.
Menolak halus
Untuk menghindari perlakukan seperti ini, mau tak mau kita mesti
mewaspadai atau menjaga jarak begitu melihat orang lain yang tampak gemas pada
si kecil. Coba alihkan keinginan orang itu menjawil pipi si kecil dengan
mengatakan, "Eh Sayang, Tante ini mau salaman sama kamu, ayo salamnya
bagaimana?"
Kalaupun si kecil mulai merasa tak nyaman dan rewel, katakan
pada orang itu, "Oh, Tante, dia maunya dibelai, enggak mau
dicubit-cubit." Jadi kitalah yang memberitahu orang itu secara halus untuk
tidak mencubit, menggelitik, dan menggoda model lainnya karena si kecil tak
menyukai hal tersebut.
Kalau orang tersebut tetap tampak melampiaskan kegemasannya,
sebaiknya segeralah beranjak dengan alasan seperti, "Nak, waktunya makan
siang ya. Yuk, pulang dulu. Dadah sama Tante ya, bilang mau pulang dulu ya,
Tante."
Orangtua memang perlu mengantisipasi dampaknya, sehingga jangan
sampai si kecil tak mau berinteraksi gara-gara takut atau trauma akibat
dicubit, digelitiki, dan sebagainya. Lantaran itu, ungkapan rasa gemas
sebaiknya tidak terlalu ekspresif sehingga bisa menyakiti si kecil. Tunjukkan
saja dalam bentuk belaian, usapan, atau sekadar senyuman dan kata-kata.
Misalnya, "Aduh, lucunya kamu. Tante suka deh sama rambutmu yang kriwil-kriwil."
Dengan cara yang tidak berlebihan seperti itu, anak dan orangtua
dapat menangkap kesan bahwa segala sesuatunya berjalan terkendali sehingga aman
dan nyaman. Perkembangan psikis si batita pun tidak terganggu karena ia tetap
merasa aman, nyaman, terlindungi, dihargai, dan bisa percaya diri karena
emosinya stabil.
Selain itu orangtua juga perlu memberi rasa tenang pada si
batita bahwa orang yang hendak berinteraksi dengannya itu dapat memberikan rasa
aman dan nyaman, serta dapat dipercaya. Beritahu bahwa orang itu hanya mau
mengenal namanya. Dengan begitu si kecil yakin orang itu takkan melakukan
sesuatu yang menyakitkan hanya karena gemas
0 komentar:
Post a Comment