4 Pengusaha Indonesia yang Usaha Kulinernya Sukses di Luar Negeri
Membuat wangi nama bangsa dan negara merupakan kewajiban
dari masyarakat, terutama para pemuda Indonesia. Memiliki semangat nasional
untuk selalu ingin membanggakan negara sendiri adalah hal yang paling
dibutuhkan dalam membangun Indonesia menjadi negara yang lebih baik lagi.
Tidak perlu berperang lagi dalam memperjuangkan Indonesia,
dengan membawa harum nama Indonesia sampai ke negara orang sudah merupakan
bentuk dari perjuangan. Jika Anda tidak bisa berjuang dibidang olahraga
layaknya atlet, atau bidang ilmu pengetahuan layaknya peserta olimpiade.
Hal lain yang bisa Anda lakukan adalah membuat usaha atau
bisnis yang menggambarkan Indonesia dan mampu membawanya sampai ke luar negeri.
Memakai budaya Indonesia sebagai daya tarik utama bisnis Anda, mencerminkan
diri Anda yang bangga terhadap tanah air sendiri adalah bentuk dari perjuangan.
Contoh pilihan bisnis yang dapat menggambarkan kekayaan budaya Indonesia adalah
bisnis kuliner.
Perkembangan bisnis kuliner di Indonesia saat ini sangatlah
pesat. Banyak dari makanan tradisional Indonesia yang dianggap akan susah
sukses lalu memperbanyak jenis makanan barat untuk dijual, padahal makanan
tradisional sendiri memiliki rasa yang unik dan dapat diolah menjadi makanan
yang tentu akan terasa juga terlihat lebih menarik daripada makanan barat.
4 Pengusaha Indonesia yang Usaha Kulinernya Sukses di Luar
Negeri
img by cermati.com
Berikut adalah pengusaha kuliner Indonesia yang
mempertahankan menu makanan tradisional Indonesia sebagai hidangan utama di
menu mereka dan berhasil sukses di negara orang.
1. Rangga Umara (Lele – Lela)
Rangga Umara pria berumur 31 tahun ini merupakan sosok
dibalik rumah makan terkenal dengan ikan lele sebagai menu utamanya yang
dikenal dengan Lele – Lela. Rangga pada awalnya memulai usahanya karena Rangga
di PHK dari perusahaan tempat dia sebelumnya bekerja, ia memutuskan untuk
menekuni usaha di bidang kuliner. Pada awalnya Rangga membuka rumah makan
seafood akan tetapi karena sepi pembeli akhirnya Rangga menutup usaha tersebut
dan memutuskan untuk beralih jenis makanan yaitu menu favorit dia saat masa
kuliah yaitu pecel lele.
Saat membuka usaha tempat makan ini Rangga tetap mengalami
kesulitan seperti sepi pembeli karena tidak banyak masyarakat sekitar tempat
usahanya yang menyukai menu olahan lele, dan masih menggemari menu dengan olahan
ayam. Akan tetapi Rangga tetap teguh dan tetap berusaha untuk mengangkat menu
dengan olahan lele di tempat makannya agar lebih digemari oleh masyarakat
sekitar.
Saat ini bisnis kuliner Rangga Lele – Lela sudah mencapai
omzet Rp1.8 Milyar perbulannya. Dengan 3 menu utama olahan lele yaitu lele
goreng tepung, lele filet kremes, dan lele saus padang. Rumah makan Lele – Lela
mendapatkan banyak permintaan waralaba untuk negara-negara lain seperti Jeddah,
Penang, Kuala Lumpur, dan Singapura.
2. Agus Pramono (Ayam Bakar Mas Mono)
Pramono awalnya bekerja sebagai seorang OB (office boy) di
sebuah perusahaan selama belasan tahun. Setelah berhenti dari perusahaan tempat
dia bekerja Pramono akhirnya memutuskan untuk berdagang gorengan asongan dari
SD ke SD. Mengetahui bahwa dengan berdagang gorengan yang hanya bisa memberikan
dirinya omzet sebesar Rp15.000 akhirnya Pramono memutuskan untuk memulai usaha
ayam bakar.
Dengan modal Rp500.000 Pramono berjualan ayam bakar pertama
kali dengan gerobak birunya yang ternyata membawanya menjadi sukses sampai
sekarang. Saat ini usaha Ayam Bakar Mas Mono telah mencapai omzet miliaran
Rupiah perbulannya dengan 500 cabang tersebar diseluruh Indonesia.
Tidak hanya itu, Pramono berhasil membuka usaha makannya
dengan sistem waralaba sampai ke Malaysia, Singapura, Kuwait, Australia, Arab
Saudi dan Dubai dan berhasil menjadi pilihan makanan favorit di negara-negara
tersebut dengan mempertahankan kualitas utama ayam bakarnya yang memang menjadi
daya tarik utamanya yaitu kelembutan dari daging ayam bakarnya sendiri juga
berbagai macam olahan menu ayam bakarnya seperti ayam bakar cabe ijo dan jenis
menu lain yang bukan olahan ayam.
3. Santoni (Bumbu Desa)
Siapa yang tidak mengetahui Bumbu Desa? Tempat makan ini
banyak berada di mall-mall besar di Jakarta. Bumbu Desa bisa dibilang merupakan
restoran dengan menu utama makanan khas tanah sunda Jawa Barat kualitas bintang
lima. Karena tempatnya yang cukup bagus dan harganya yang sedikit lebih mahal
dari rumah makan sunda biasanya.
Usaha kuliner khas tanah sunda milik Santoni ini awalnya
adalah usaha keluarga yang dimulai hanya dengan modal Rp8.000.000 saat itu
sampai akhirnya setelah Santoni membuat waralaba untuk usaha ini pada tahun
2004, bisnis Santoni melesat sampai menginjak Singapura dan Malaysia.
Tidak hanya itu Bumbu Desa sendiri telah membuka lebih dari
50 cabang yang telah tersebar luas di seluruh Indonesia. Omset dari Bumbu Desa
sendiri sekarang sudah mencapai miliaran Rupiah perbulannya, baik dari
Indonesia sendiri atau dari luar negeri.
Saat ini Bumbu Desa sedang melebarkan sayapnya di kota-kota
yang ada di negara Amerika yaitu Vancouver dan Seattle sampai ke negara Kanada.
Dengan berpegang teguh terhadap misinya yaitu mengenalkan
makanan khas tanah pasundan ini ke seluruh dunia, Santoni orang yang ada di
balik kesuksesan Bumbu Desa ini berhasil membawa kelezatan makanan tradisional
Indonesia sampai ke luar negeri.
4. Sukyanti Nugroho (Es Teler 77)
Awalnya Es Teller 77 adalah warung makan biasa dan
sederhana. Dengan mengandalkan kemampuan memasak Ibu Mertuanya yang dikatakan
paling enak untuk masakan Indonesia Sukyanti Nugroho memberanikan untuk membuka
usaha warung makan Es Teler 77. Dengan mempertahankan berbagai macam menu
makanan tradisional khas indonesia Es Teler 77 akhirnya berkembang pesat dan
tersebar luas di Indonesia dan telah banyak berada di mall-mall besar di
Indonesia.
Tidak seperti Bumbu Desa yang fokus kepada makanan khas
sunda. Es Teler 77 lebih ke makanan masakan rumah yang sering Anda temukan di
rumah. Seperti sayur asam dan tumis kangkung. Es Teler 77 sendiri sudah berdiri
lebih dari 30 tahun. Di resmikan pada tanggal 7 Juli 1982 sosok utama dibalik
kesuksesan Es Teller 77 ini sekaligus yang menginspirasi Sukyanti adalah Ibu
Muniarti yang mendapatkan predikat terbaik saat mengikuti lomba meracik Es
Teler.
Dibantu oleh kedua mertuanya yaitu Ibu Muniarti sendiri
beserta suami Trisno Budijanto dan istrinya Yeni Setiawan Widjaja, Sukyanto
berhasil membuat Es Teler 77 menjadi salah satu usaha tempat makan dengan
jumlah cabang waralaba terbesar.
Saat ini Es Teler telah tersebar sampai New Delhi, Melbourne
Australia, Malaysia, dan Singapura.
Makanan Tradisional Level Internasional
Walaupun kesannya sederhana dan banyak yang pesimis terhadap
perkembangan usaha kuliner yang mengandalkan makanan tradisional sebagai menu
utama. Nyatanya, persepsi ini bisa dipatahkan jika kita tekun dan fokus. Segala
jenis usaha tidak akan berhasil jika Anda tidak rajin dan mudah menyerah dalam
menjalaninya.
Marilah pemuda-pemudi Indonesia terus berusaha untuk
mewujudkan keberhasilan bisnis kamu. Apapun yang kamu lakukan, jangan mudah
menyerah. Makanan Tradisional yang hanya di pandang sebelah mata bisa
berkembang menjadi makanan mewah yang levelnya tidak lagi makanan pinggir
jalan, akan tetapi menjadi makanan
kualitas bintang lima di sebuah restoran mahal dan bergengsi.
Iklan online yang harus digunakan untuk usaha
cermat mengelola keuangan usaha online
pemasaran online dengan memanfaatkan media sosial
yang harus diperhatikan dalam menarik pembeli
kualitas yang harus dimiliki manajer
Artikel menarik lainnya:
cermat mengelola keuangan usaha online
pemasaran online dengan memanfaatkan media sosial
yang harus diperhatikan dalam menarik pembeli
kualitas yang harus dimiliki manajer
0 komentar:
Post a Comment