PENYAKIT TETANUS DAN PERAWATANYA
1. PENGERTIAN
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman
Clostridium tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal,
diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu
tampak pada otot masseter dan otot rangka.
Tetanus biasanya disebut lockjaw, yaitu suatu gangguan system neurves
yang disebabkan oleh suatu neurotoxcin yang dihasilkan oleh clostridium
tetani. Bakteri basil anaerob ini hidup di tanah. Spora basil masuk ke
dalam tubuh melalui luka terbuka yang terkontaminasi oleh kotoran, debu
dan tinja (binatang atau manusia). Luka dapat diakibatkan oleh luka
gores, aborsi, trauma atau penggunaan obat atau racun ke dalam pembuluh
darah (Lemon, 2000:1869).
2. ETIOLOGI
Clostridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang, kuman ini
berspora termasuk golongan gram positif dan hidupnya anaerob. Spora
dewasa mempunyai bagian yang berbentuk bulat yang letaknya di ujung.
Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini
(tetanosporin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer
setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 650 C akan hancur
dalam 5 menit.
3. PATOGENESIS
Berbagai keadaan di bawah ini dapat menyebabkan keadaan anaerob yang disukai untuk tumbuhnya kuman tetanus :
a. Luka dalam misalnya luka tusuk karena paku, kuku pecahan kaca atau kaleng,pisau dan benda tajam lainnya.
b. Luka karena tabrakan, kecelakaan kerja atau karena perang.
c. Luka-luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga
atau tonsil, gigitan serangga juga merupakan tempat masuk kuman penyebab
tetanus.
4. GEJALA KLINIS
Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari, timbul gejala klinis
biasanya mendadak, didahului oleh ketegangan otot terutama pada rahang
dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus) karena
spasme otot masseter. kejang otot ini akan berlanjut kuduk
(opistotonus), dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila
serangan kejang tonik sedang berlangsung, sering tampak risus
sardonicuskarena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik ke
atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat
pada gigi. Gambaran umum yang khas pada tetanus ialah badan kaku dengan
opistotonus, tungkai dalam ekstensi, lengan kaku dengan tangan mengepal,
biasany kesadaran tetap baik. Serangan timbul paroksismal,dapat
dicetuskan oleh rangsangan suara, cahaya maupun sentuhan, akan tetapi
dapat pula timbul spontan. Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat
terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin bahkan dapat terjadi
fraktur collumna vertebralis (pada anak). Kadang dijumpai demam yang
ringan dan biasanya pada stadium akhir.
5. DIAGNOSIS
Anamnesis terdapatnya riwayat luka-luka seperti telah disebut dalam hal
patogenesis, disertai keadaan klinis berupa kekakuan otot terutama di
daerah rahang, sangat membantu diagnosis. Pembuktian kuman seringkali
tidak perlu, karena amat sukar mengisolasi kuman dari luka pasien.
6. PENATALAKSANAAN
A. Umum
Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya
Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan
membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan diberikan personde
atau parental
Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap pasien
Oksigen, pernafasan buatan trakeotomi bila perlu
Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
B. Obat-obatan
Anti toksin
Tetanus imunoglobin (TIG) lebih dianjurkan pemakaiannya dibandingkan dengan anti tetanus serum (ATS) dari hewan
Anti kejang
Diazepam, meprobamat, klorpromasin dan fenobarbital lazim digunakan pada pasien penderita tetanus
Antibiotik
Pemberian penisilin prokain 1,2 juta unit/hari atau tetraksilin 1
g/hari, secara intravena, dapat memusnahkan Clostridium tetani tetapi
tidak mempengaruhi proses neurologisnya.
C. Penatalaksanaan spasme otot
Relaksasi otot menjadi kunci terapi karena relaksasi otot dapat
mengurangi efek rangsang sensoris. Idealnya ini dikerjakan tanpa
mempengaruhi pernafasan secara bermakna. Walaupun berbagai obat telah
digunakan dalam pengobatan tetanus, namun tidak satupun yang diterima
secara universal.
D. Trakeostomi
Trakeostomi mempunyai peran penting dalam penetalaksanaan
tetanus.trakeostomi melindungi terhadap pencekikan akibat laringospasme,
mengurangi resiko aspirasi dan mempermudah bantuan ventilasi mekanik.
Walaupun sebagian besar penderita tetanus ringan ataupun berat harus
dianggap sebagai calon trakeostomi, tetapi alat-alat yang dibutuhkan
harus tersedia disamping tempat tidur. Bila sekresi berlebihan atau
pernafasan terancam, maka kebutuhan trakeostomi harus dikenal dini. Dan
bila mungkin trakeostomi harus segera dilakukan terencana bukan sebagai
tindakan gawat darurat.
7. PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit tetanus meliputi :
1. Mencegah terjadinya luka
2. merawat luka secara adekuat
3. pemberian ATS dalam beberapa jam setelah luka akan memberikan
kekebalan pasif, sehingga mencegah terjadinya tetanus akan memperpanjang
masa inkubasi.
4. di negara barat, pencegahan tetanus dilakukan dengan pemberian toksoid dan TIG.
DAFTAR PUSTAKA
Barrett JT. Text book of Imunology. Louis : the C,V. Mosby Company, 1988:357-85
0 komentar:
Post a Comment