Kondisi Ibu Hamil yang Berpengaruh Pada Bayinya
1. Berat badan sebelum hamil
Obesitas yang terjadi saat hamil (maternal obesity) meningkatkan risiko seorang wanita untuk terserang diabetes gestasional atau menjalani persalinan prematur, termasuk memberikan risiko obesitas dan diabetes pada si anak. Sebuah studi terbaru juga telah mengaitkan antara berat badan wanita pra-kehamilan dengan risiko asma pada anaknya.
Menurut studi yang dipublikasikan pada bulan Januari 2013 tersebut 12 persen dari 1.100 anak yang terlahir dari ibu yang obesitas akan sering mengalami asma pada usia 14 bulan dibandingkan bayi yang terlahir dari ibu dengan berat badan normal (empat persen).
Hal ini dapat ditanggulangi dengan olahraga rutin. "Bahkan jika ibunya tidak aktif sebelum hamil, mereka harus membiasakan diri untuk jalan kaki setidaknya selama 20 menit, empat kali seminggu," tandas Dr. Jennifer Wu, seorang dokter spesialis ob-gyn di Lenox Hill Hospital, New York.
2. Asupan kafein ibu
Para dokter dan peneliti telah lama mengetahui bahwa asupan kafein yang tinggi selama masa kehamilan dapat membahayakan janin, tapi seberapa banyak kafein yang dianggap berbahaya itu masih diperdebatkan hingga kini.
American College of Obstetricians and Gynecologists pun merekomendasikan agar wanita hamil membatasi asupan kafeinnya sebanyak 200 milligram perhari atau sama dengan dua cangkir kopi.
Kendati begitu sebuah studi yang dipublikasikan bulan lalu menemukan asupan kafein yang terlalu sedikit juga erat kaitannya dengan peningkatan risiko bayi lahir dengan berat badan lebih kecil dari bayi normal.
"Jadi jika Anda diharuskan untuk meminum kopi, usahakan tak lebih dari enam ons perhari," kata Wu.
3. Asap rokok dari lingkungan sekitar
Tinggal di lingkungan yang sarat perokok telah lama diketahui dapat menyebabkan asma dan gangguan pernafasan pada anak-anak, namun sebuah studi baru menunjukkan bahwa paparan rokok pada ibu hamil juga dapat menimbulkan masalah bagi anak nantinya.
Studi yang dilakukan di China tersebut mengungkapkan bahwa anak yang terlahir dari ibu yang terpapar asap rokok selama masa kehamilan berisiko dua kali lebih tinggi mengalami gangguan perhatian dan cenderung agresif ketika mencapai usia lima tahun.
4. Konsumsi antidepresan
Lebih dari 13 persen wanita mengonsumsi antidepresan saat hamil. Padahal berdasarkan review terhadap sejumlah studi diketahui jika konsumsi antidepresan selama hamil akan memberikan efek jangka panjang terhadap janin.
Lagipula studi lain juga menemukan mengonsumsi salah satu jenis antidepresan yaitu selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) ketika hamil dikaitkan dengan tingginya risiko keguguran, lahir cacat, persalinan prematur dan gangguan perilaku pada bayi, termasuk autisme. Padahal 3 persen wanita yang mengonsumsi antidepresan selama hamil dilaporkan menggunakan SSRI.
"Untuk itu, terapi perilaku kognitif yang melibatkan konseling sebaiknya jadi pengobatan lini pertama yang direkomendasikan untuk wanita hamil dengan mengalami gangguan mental, bukannya obat-obatan," saran Alice Domar, seorang psikolog yang bekerja di sebuah klinik kesuburan di Boston.
Namun antidepresan memang memberikan manfaat nyata bagi wanita dengan gangguan kesehatan mental. "Hanya saja konsultasikan dulu dengan dokter tentang obat-obatan yang sebaiknya mereka konsumsi sebelum memutuskan untuk hamil," saran Wu.
5. Kadar vitamin D dalam tubuh
Menurut sebuah studi dari University of Calgary, wanita yang berencana untuk hamil sebaiknya memperhatikan kandungan vitamin D di dalam tubuhnya terlebih dulu.
Pasalnya rendahnya kadar 'vitamin sinar matahari' selama hamil akan menyebabkan gangguan kesehatan, baik pada sang ibu maupun si anak.
Selain itu, berdasarkan review terhadap 30 studi diketahui jika rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh seorang ibu dikaitkan dengan tingginya risiko diabetes gestasional, pre-eclampsia dan berat lahir yang rendah.
6. Paparan polusi udara
Menghirup polusi udara yang disebabkan oleh lalu lintas, industri hingga debu selama masa kehamilan akan meningkatkan risiko berat lahir bayi rendah.
Padahal banyak wanita yang tak dapat mencegah polusi karena tak dapat berpindah rumah atau tempat kerja, maka menghindari jam-jam macet dan berada terlalu dekat dengan sumber polusi seperti kendaraan bermotor mungkin cukup membantu.
Beruntung sebuah studi yang baru dipublikasikan tahun lalu menemukan bahwa penambahan asupan buah dan sayuran selama masa kehamilan dapat membantu melindungi janin dari efek polusi.
Obesitas yang terjadi saat hamil (maternal obesity) meningkatkan risiko seorang wanita untuk terserang diabetes gestasional atau menjalani persalinan prematur, termasuk memberikan risiko obesitas dan diabetes pada si anak. Sebuah studi terbaru juga telah mengaitkan antara berat badan wanita pra-kehamilan dengan risiko asma pada anaknya.
Menurut studi yang dipublikasikan pada bulan Januari 2013 tersebut 12 persen dari 1.100 anak yang terlahir dari ibu yang obesitas akan sering mengalami asma pada usia 14 bulan dibandingkan bayi yang terlahir dari ibu dengan berat badan normal (empat persen).
Hal ini dapat ditanggulangi dengan olahraga rutin. "Bahkan jika ibunya tidak aktif sebelum hamil, mereka harus membiasakan diri untuk jalan kaki setidaknya selama 20 menit, empat kali seminggu," tandas Dr. Jennifer Wu, seorang dokter spesialis ob-gyn di Lenox Hill Hospital, New York.
2. Asupan kafein ibu
Para dokter dan peneliti telah lama mengetahui bahwa asupan kafein yang tinggi selama masa kehamilan dapat membahayakan janin, tapi seberapa banyak kafein yang dianggap berbahaya itu masih diperdebatkan hingga kini.
American College of Obstetricians and Gynecologists pun merekomendasikan agar wanita hamil membatasi asupan kafeinnya sebanyak 200 milligram perhari atau sama dengan dua cangkir kopi.
Kendati begitu sebuah studi yang dipublikasikan bulan lalu menemukan asupan kafein yang terlalu sedikit juga erat kaitannya dengan peningkatan risiko bayi lahir dengan berat badan lebih kecil dari bayi normal.
"Jadi jika Anda diharuskan untuk meminum kopi, usahakan tak lebih dari enam ons perhari," kata Wu.
3. Asap rokok dari lingkungan sekitar
Tinggal di lingkungan yang sarat perokok telah lama diketahui dapat menyebabkan asma dan gangguan pernafasan pada anak-anak, namun sebuah studi baru menunjukkan bahwa paparan rokok pada ibu hamil juga dapat menimbulkan masalah bagi anak nantinya.
Studi yang dilakukan di China tersebut mengungkapkan bahwa anak yang terlahir dari ibu yang terpapar asap rokok selama masa kehamilan berisiko dua kali lebih tinggi mengalami gangguan perhatian dan cenderung agresif ketika mencapai usia lima tahun.
4. Konsumsi antidepresan
Lebih dari 13 persen wanita mengonsumsi antidepresan saat hamil. Padahal berdasarkan review terhadap sejumlah studi diketahui jika konsumsi antidepresan selama hamil akan memberikan efek jangka panjang terhadap janin.
Lagipula studi lain juga menemukan mengonsumsi salah satu jenis antidepresan yaitu selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) ketika hamil dikaitkan dengan tingginya risiko keguguran, lahir cacat, persalinan prematur dan gangguan perilaku pada bayi, termasuk autisme. Padahal 3 persen wanita yang mengonsumsi antidepresan selama hamil dilaporkan menggunakan SSRI.
"Untuk itu, terapi perilaku kognitif yang melibatkan konseling sebaiknya jadi pengobatan lini pertama yang direkomendasikan untuk wanita hamil dengan mengalami gangguan mental, bukannya obat-obatan," saran Alice Domar, seorang psikolog yang bekerja di sebuah klinik kesuburan di Boston.
Namun antidepresan memang memberikan manfaat nyata bagi wanita dengan gangguan kesehatan mental. "Hanya saja konsultasikan dulu dengan dokter tentang obat-obatan yang sebaiknya mereka konsumsi sebelum memutuskan untuk hamil," saran Wu.
5. Kadar vitamin D dalam tubuh
Menurut sebuah studi dari University of Calgary, wanita yang berencana untuk hamil sebaiknya memperhatikan kandungan vitamin D di dalam tubuhnya terlebih dulu.
Pasalnya rendahnya kadar 'vitamin sinar matahari' selama hamil akan menyebabkan gangguan kesehatan, baik pada sang ibu maupun si anak.
Selain itu, berdasarkan review terhadap 30 studi diketahui jika rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh seorang ibu dikaitkan dengan tingginya risiko diabetes gestasional, pre-eclampsia dan berat lahir yang rendah.
6. Paparan polusi udara
Menghirup polusi udara yang disebabkan oleh lalu lintas, industri hingga debu selama masa kehamilan akan meningkatkan risiko berat lahir bayi rendah.
Padahal banyak wanita yang tak dapat mencegah polusi karena tak dapat berpindah rumah atau tempat kerja, maka menghindari jam-jam macet dan berada terlalu dekat dengan sumber polusi seperti kendaraan bermotor mungkin cukup membantu.
Beruntung sebuah studi yang baru dipublikasikan tahun lalu menemukan bahwa penambahan asupan buah dan sayuran selama masa kehamilan dapat membantu melindungi janin dari efek polusi.
0 komentar:
Post a Comment